Live

M A B R U R I-B L O G : S e l a m a t. D a t a n g. D i r u m a h. K e c i l. K a m i. S e m o g a. B l o g. I n i. B a r o k a h. U n t u k. P a r a. P e m b a c a. S e m u a n y a.

Sabtu, 03 Desember 2011

Analis Filosofis Dari 2 buku filsafat



BAB 1
IKHTISAR BUKU


A.      Ilmu Pengetahuan (Sonny Keraf)
1.    Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah “filsafat” merupakan padanan kata falsafah ( bahasa arab) dan philosophy ( Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani “philosophia”, yang berasal dari kata Philos yang berarti cinta (love) atau sahabat dan Sophia berarti kebijaksanaan (wisdom), kearifan dan pengetahuan. Jadi secara etimologis kata filsafat berarti love of wisdom atau cinta kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta pengetahuan. Istilah philosophia, pertama kali digunakan oleh Pythagoras (abad ke-6 SM), ketika diajukan pertanyaan kepadanya : “ Apakah anda termasuk oran yang bijaksana ?” dengan rendah hati Pythagoras menjawab, “Saya hanya seoran philosophos, “pecinta kebijaksanaan” atau seorang yang mencintai pengetahuan”.
Menurut Plato  Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asa yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
Rene Deskartes filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan manusia.
Aristoteles  Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsi-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada.
Poedjawijatno  Filsafat adalah ilmu (tentang segala sesuatu) yang menyelidiki keterangan atau sebab yang sedalam-dalamnya.
Sidi Gazalba  Filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari berfikir secara radikal, sistematis dan universal.  Secara historis semua ilmu pengetahuan yang kita kenal dewasa ini, pernah menjadi bagian dari filsafat yang dianggap induk dari segala imu pengetahuan dan filsafat mencakup pula segala usaha pemikiran mengenai masyarakat.
Objek Filsafat
Objek filsafat dibagi menjadi 2 yaitu :
1.      Objek Material : adalah segala sesuatu yang menadi masalah, segala sesuau yang dimasalahkan oleh filsafat, yang pada intinya meliputi persoalan hakekat Tuhan, hakekat alam dan hakikat manusia.
2.      Objek Formal : ialah usaha manusia untuk mencari keterangan secara radikal tentang objek material filsafat.

2.        Fungsi , Kegunaan dan Ciri-ciri Filsafat  
Menurut Radhakrisnan, tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan masa dimana kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif menetapkan nilai, menempatkan tujuan, menentukan arah, dan menuntun ke jalan baru.
Menurut Maksum ; fungsi filsafat adalah untuk menyelematkan manusia dari kesesatan hidup menghadapi pengaruh-pengaruh kemajuan dan gaya hidup meterialisme, melepaskan kungkungan kegelisahan dan ketidabermaknaan (unmeaning purpose of life).
Menurut Jan Hendrik Rappar, kegunaan filsafat dibagi kedalam dua hal yaitu ;
1.      Bagi Ilmu Pengetahuan sebagai mater scientiarum
2.      Bagi Kehidupan sehari-hari
Menurut soetriono dan Hanafi, kegunaan filsafat antara lain:
1.      Melatih diri untuk berfikir kritis dan runtut serta menyusus hasl pikiran tersebut secara sistematis.
2.      Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tertutup.
3.      Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian dan memutuskan atau mengambil kesimpulan mengenai sesuatu hal secara mendalam dan konrehensif.
4.      Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
5.      am hubungan dengan orang lain

Adapun Ciri-Ciri Berpikir Filsafat Menurut Maksum ciri-ciri berfikir filsafat itu antara lain
1.      Berpikir Radikal
2.       ciriMencari Asas
3.      Memburu kebenaran
4.      Mencari Kejelasan
5.      Berpikir Rasional ( logis, sistematis dan kritis)

3.    Klasifikasi Cabang Filsafat  
Setiap ahli filsafat mempunyai pembagian filsafat yang berbeda-beda. Beberapa klasifikasi cabang-cabang filsafat :
Menurut Aristoteles :
Filsafat dibagi menjadi tiga bidang yaitu :
1.      Filsafat spekulatif atau teoritis bersifat objektif. Tujuan utamanya adalah pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri.
2.      Filsafat praktika memberikan petunjuk dan pedoman bagi tingkah laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya.
3.      Filsafat produktif ; adalah pengetahuan yang membimbing dan menuntun manusia menjadi produktif lewat suatu ketrampilan khusus. Adapun sasaran utama yang hendak dicapai adalah agar manusia sanggup menghasilkan sesuatu, baik secara teknis maupun secara puitis dalam terang pengetahuan yang benar.
Will Durrant, membagi cabang filsafat menjadi;
1.      Logika
2.      Estetika
3.      Etika
4.      Politika
5.      Metafisika
Pada umumnya menurut Maksum cabang filsafat dibagi menjadi enam bidang studi yaitu
1.      Epistemologi
Filsafat yang mempersoalkan sumber, asal mula dan jangkauan serta validitas dan reabilitas dari berbagai klaim terhadap pengetahuan.
2.      Metafisika
Filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, tentang hakikat yang bersifat transenden, diluar jangkauan pengalaman dan pengamatan indera manusia.
3.      Logika
Studi tentang metode berfikir dan metode penelitian ideal, yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sistesis.
4.      Etika
adalah studi tentang tingkah laku yang ideal, yang termasuk didalamnya adalah aksiologi.
5.      Estetika
adalah studi tentang bentuk ideal dam keindahan.
6.      Filsafat-Filsafat khusus atau filsafat tentang berbagai disiplin seperti filsafat hukum, filsafat agama, filsafat pendidikan, dan sejenisnya.

4.    Fenomenologi Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Secara metodelogis gejala terbentuknya pengetahuan manusia, dapat dibedakan antara dua kutub berbeda dari gejala pengetahuan manusia itu, yaitu antara kutub si pengenal dan kutub yang dikenal atau antara objek dan subjek. Kendati keduanya bisa dipisahkan secara jelas dan tegas untuk bisa terbentuknya pengetahuan tapi tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Keduanya merupakan suatu kesatuan asasi bagi terwujudnya pengetahuan manusia.
Bahwa supaya ada pengetahuan, subjek harus terarah kepada objek, dan sebaliknya objek harus terbuka dan terarah pada subjeknya. Artinya supaya bisa terjadi pengetahuan subjek harus terbuka dan terarah atau mengarahkan diri kepada objek untuk mengenal dan mengetahui sebagaimana adanya dan sebaliknya objek hars terbuka dan terarah keada subjek untuk dikenal sebagaimana adanya.
Manusia sebagai subjek pengetahuan memegang peranan penting tanpa meremehkan objek. Keterarahan manusia terhadap objek jadinya merupakan faktor yang sangat menentukan bagi munculnya pengetahuan manusia.Keterarahan manusia terhadap objek ini hanya mungkin menimbulkan pengetahuan kalau dalam diri manusia sebagai subjek sudah terdapat kesamaan-kesamaan prinsip atau kategori tertentu yang memungkinkan manusia dapat mengenal dan menangkap objek yang diamatinya.
Awalnya dengan alat jasmaniah manusia mengenal dan menangkap objek selanjutnya dengan bantuan jiwa dan akal budi manusia mampu mengangkat pengetahuan yang bersifat temporal, konkret, jasmani ke tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkat abstrak dan berlaku universal.
Pengetahuan yang bersifat umum dan universal itulah yang memungkinkan untuk dirumuskan dan dikomunikasikan dalam bahasa yang bersifat umum dan universal untuk bisa dipahami oleh siapa saja dari waktu dan tempat mana saja. Dengan bahasa pengetahuan manusia yang konkret dan abstrak dipadukan, dikomunikasikan, dibakukan, dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Orang dapat mempelajari, mempersoalkan, mendalami, mengubah dan mengembangkan lebih lanjut pengetahuan yang telah diperoleh untuk menemukan lagi pengetahuan baru yang lebih sempurna untuk menggantikan yang sudah ada. 
Manusia tahu bahwa ia tahu. Ia sadar bahwa ia tahu. Oleh karena itu dengan kesadarannya, manusia melakukan refleksi tentang apa yang diketahuinya itu. Berkat refleksi ini pula pengetahuan yang semula bersifat langsung dan spontan, keudian diatur dan dibakukan secara sistematis melalui suatu prosedur tertentu sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan atau dapat dikritik dan di bela. Dengan jalan inilah selanjutnya kita mengenal yang disebut Ilmu pengetahuan.



5.    Filsafat Pengetahuan dan Filsafat Ilmu pengetahuan
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan,ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya.
Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis.
Pengetahuan bersifat spontan, ilmu pengetahuan lebih sistematis dan reflektif.
Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Juga mencakup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dibakukan secara sistematis dan metodis.
Filsafat pengetahuan berkaitan dengan upaya mencari dan menjelaskan secara sistematis dan masuk akal sebab dan akibat dari berbagai peristiwa di alam semesta ini.
Selanjutnya dikembangkan metode untuk tidak hanya menemukan sebab dan akibat dari berbagai peristiwa tertentu melainkan juga untuk menjelaskan kaitan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, yang mungkin sehari-hari terlihat seakan tanpa keterkaitan apapun.

6.        Pengetahuan Dan Keyakinan
Pengetahuan tidak sama dengan keyakinan, walaupun pengetahuan maupun keyakinan sama-sama merupakan sikap mental seseorang dalam hubungan dengan objek tertentu yang disadarinya sebagai ada atau terjadi.
Dalam keyakinan objek yang disadari sebagai ada itu, tidak perlu harus ada sebagaimana adanya. Sebaliknya dalam pengetahuan, objek yang disadari itu memang ada sebagaimana adanya. Dalam keyakinan apa yang disadari sebagai ada, bisa saja tidak ada dalam kenyataannya. Daam pengetahuan objek yang diketahui itu harus ada, harus terjadi sebagaimana yang diklaim. Apa yang diketahui harus benar (kebenaran) yaitu ditunjang oleh bukti-bukti berupa acuan pada fakta, saksi, memori, catatan historis dan sebagainya.
adapun macam-macam pengetahuan yaitu : Tahu bahwa, Tahu bagaimana, Tahu akan/mengenai, Tahu Mengapa.
Tahu Bahwa :
“Pengetahuan bahwa” adalah pengetahuan tentang informasi tertentu; bersifat teoritis. tahu bahwa sesuatu terjadi, tahu bahwa sesuau memang begitu adanya bahwa apa yang dikatakan memang benar. Pengetahuan ini berkaitan dengan keberhasilan mengumpulkan informasi atau data tertentu. Maka kekuatan pengetahuan ini adalah informasi atau data yang dimilikinya dan orang lain tidak memilikinya.
Tahu Bagaimana :
Pengetahuan ini menyangkut bagaimana melakukan sesuatu, ini yang dikenal dengan Know-how. Pengetahuan ini berkaitan dengan ketrampilan, keahlian dan kemahiran teknis dalam melakukan sesuatu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan jenis ini tidak lain berarti ia tahu bagaimana melakukan sesuatu, berkaitan dengan praktek.
Tahu akan/mengenai :
Yang dimaksudkan pengetahuan ini adalah sesuatu yang sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melalui pengalaman atau pengenalan pribadi. Unsur aling penting dalam hal ini adalah pengenalan dan pengalaman pribadi secara langsung dengan objeknya.
Adapun ciri-ciri dari pengetahuan tahu akan/mengenai ini adalah :
1.      Karena pengetahuan ini didasarkan pada pengenalan pribadi yang langsung dengan objek, pengetahuan ini mempunyai tingkat objektifitas yang cukup tinggi (berdasarkan pengenalan dan pengalaman langsung si subjek). Walaupun disadari bahwa unsur subjektifitas tetap ada karena objek itu tetap dikenal dan ditangkap berdasarkan sudut pandang si subjek.
2.      Subjek mampu membuat penilaian tertentu atas objeknya karena pengenalan dan pengalaman pribadi yang bersifat langsung dengan objek.
3.      Pengetahuan ini bersifat singular, yaitu hanya berkaitan dengan barang atau objek khusus. Artinya pengetahuan ini terutama terbatas pada objek yang dikenal langsung dan personal dan bukan menyangkut objek serupa lainnya.
Tahu Mengapa :
Pengetahuan jenis ini berkaitan dengan “pengetahuan bahwa”, hanya saja “tahu mengapa” jauh lebih mendalam dari “ Tahu bahwa” karena pengetahuan “tahu mengapa” berkaitan dengan penjelasan. Penjelasan ini tidak hanya berhenti pada informasi, melainkan menerobos masuk ke balik data atau informasi yang ada. Dengan penjelasan yang ada maka “tahu mengapa” jauh lebih kritis, bahkan sudah pada tingkat mengkaitkan dan menyusun hubungan-hubungan tak kelihatan antara berbagai informasi yang ada. Melangkah dari informasi yang ada ke informasi baru yang menyingkap pengetahuan yang lebih mendalam. Pengetahuan model ini lebih dekat kepada model ilmiah.
Bahwa keempat macam pengetahuan ini terdapat saling hubungan yang sangat erat untuk bisa tercapainya pengetahuan yang dianggap paling benar dan sempurna.
Skema hubungan dan urutan peringkat semakin medalam dari 4 pegetahuan



7.        Skeptisme
Apakah pengetahuan itu mungkin dicapai ?, apakah kita benar-benar dicapai ? apakah kita benar-benar tahu? Bagaimana kita merasa yakin kita tahu, singkatnya bagaimana kita tahu bahwa kita tahu. Pertanyaan ini biasanya dimiliki oleh orang skeptis terhadap adanya pengetahuan. Skeptisme meragukan kemungkinan bahwa manusia bisa mengetahui sesuatu karena tidak ada bukti yang cukup untuk mempertahankan bahwa manusia benar-benar tahu tentang sesuatu.
Skeptisisme telah menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi ilmu pengetahuan yaitu sikap meragukan secara positif setiap klaim dan bukti yang kita peroleh. Sampai tingkat tertentu ini menunjukan sikap kritis, sikap yang tidak mudah percaya begitu saja terhadap apa saja.
Kritik terhadap Skeptisisme
a.    Skeptisisme keliru beranggapan bahwa kalau kita tahu sesuatu kita tidak bisa salah.
b.    Kenyataan menunjukan bahwa selalu ada konsep yang berpasangan hitam dan putih, benar dan salah, berat dan ringan, tahu dan tida tahu.
c.    Skeptisisme yang radikal akan melahirkan berbagai kontradiksi.

8.        Kebenaran Ilmiah
Pengetahuan selalu mengandung kebenaran dari apa yang diketahui itu. Karena itu suatu pembicaraan tentang pengetahuan mau tidak mau harus menyangkut kebenaran.
Macam-Macam Teori Kebenaran
Sekurang-kurangnya ada 4 teori yang mencoba menjawab pertanyaan : apa itu kebenaran ?.
1.      Teori kebenaran sebagai persesuaian (the correspondence theory of truth).
2.      Teori kebenaran sebagai keteguhan ( the coherence theory of truth.
3.      Teori Pragmatis tentang kebenaran ( the pragmatic theori of truth).
4.      Teori performatif tentang kebenaran ( the performative theory of truth)

1) Teori Kebenaran sebagai persesuaian
Aristoteles meletakan dasar bagi teori kebenaran sebagai persesuaian bahwa kebenaran adalah persesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan. Jadi sutau pernyataan dianggap benar kalau apa yang dinyatakan di dalamnya berhubungan atau punya keterkaitan (correspondence)dengan kenyataan yang diungkapkan dalam pernyataan itu.
Kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang di klaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya atau dapat pula dikatakan….
kebenaran terletak pada kesesuaian antara subjek dan objek yaitu apa yang diketahui subjek dan realitas sebagaimana adanya. Kebenaran sebagai persesuaian juga disebut sebagai kebenaran emperis karena kebenaran suatu pernyataan, proposisi, atau teori ditentukan oleh apakah pernyataan, proposisi atau teori itu didukung fakta atau tidak.
Beberapa hal terkait dengan teori persesuaian ini:
1.      Teori ini menekankan pada teori emperisme yang mengutamakan pengalaman dan pengamatan indrawi sebagai sumber utama pengetahuan manusia. Teori ini lebih mengutamakan cara kerja dan pengetahuan aposteriori yaitu pengetahuan yang terungkap hanya melalui dan setelah pengalaman dan percobaan emperis.
2.      Teori ini cenderung menegaskan dualitas antara subjek dan objek, antara si pengenal dan dikenal. Teori ini menekankan pentingnya objek bagi kebenaran pengetahuan manusia. Yang paling berperan bagi kebenaran pengetahuan manusia adalah objek, sedangkan subjek atau akal budi hanya mengolah lebih jauh apa yang diberikan oleh objek.
3.      Teori kebenaran persesuaian, sangat menekankan bukti (evidence) bagi kebenaran suatu pengetahuan. Tetapi bukti ini bukan diberikan secara apriori oleh akal budi atau di kontruksi oleh akal budi ,melainkan apa yang disodorkan oleh objek yang dapat ditangkap oleh pancaindera.

2) Teori Kebenaran Sebagai Keteguhan
Teori ini dianut oleh kaum rasionalis. Menurut teori ini, kebenaran tidak ditemukan dalam kesesuaian antara proposisi dengan kenyataan,malainkan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi yang sudah ada.
Maka suatu pengetahuan, teori, pernyataan, proposisi atau hipotesis dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi, atau hipotesis lainnya, yaitu kalau proposisi itu meneguhkan dan konsisten dengan proposisi sebelumnya yang dianggap benar. Suatu pernyataan itu benar kalau pernyataan itu cocok dengan sistem pemikiran yang ada maka kebenaran sesungguhnya hanya berkaitan dengan implikasi logis dari sistem pemikiran yang ada.
         Teori kebenaran sebagai keteguhan lebih menekan kebenaran rasional-logis dan juga cara kerja deduktif.
         Teori kebenaran sebagai keteguhan lebih menekankan kebenaran dan pengetahuan apriori. Ini berarti pembuktian atau justifikasi sama artinya dengan validasi.
Salah satu kesulitan dan keberatan atas teori ini adalah bahwa kebenaran suatu pernyataan didasarkan pada kaitan atau kesesuaian dengan pernyataan lain, timbul pertanyaan bagaimana dengan kebenaran pernyataan lain tadi ? Jawabannya, kebenarannya ditentukan berdasarkan fakta apakah pernyataan tersebut sesuai dan sejalan dengan pernyataan lain lagi. Hal ini terjadi berulang kali sehingga terjadi gerak mundur tanpa henti. Untuk mencari pengetahuan yang mengandung kebenaran ilmiah maka perlu adanya pemenuhan kreteria emperis dan rasional.
3) Teori Pragmatis tentang Kebenaran
Teori ini dikembangkan dan dianut oleh filsuf pragmatis Amerika, Charles S. Peirce dan William James. Bagi kaum pragmatis kebenaran sama artinya dengan kegunaan. Ide yang benar adalah ide yang paling mampu memungkinkan seseorang- berdasarkan ide itu melakukan sesuatu secara paling berhasil dan tepat guna.  Kebenaran yang terutama ditekankan oleh kaum pragmatis adalah kebenaran yang menyangkut “pengetahuan bagaimana” (know how). Ide yang benar adalah ide yang memungkinkan kita berhasil memperbaiki dan menciptakan sesuatu. Bagi kaum pragmatis yang penting bukanlah benar tidaknya suatu ide secara abstrak.melainkan sejauh mana kita dapat memecahkan persoalan-persoalan praktis yang muncul dalam kehidupan kita dan kehidupan masyarakat sehari-hari. Semakin berguna sebuah ide untuk memecahkan persoalan praktis, maka ide itu akan dianggap laing benar.
Williams James menolak memisahkan kebenaran dari nilai moral. Kebenaran merupakan sebuah nilai moral karena dengan kebenaran manusia sampai pada sesuatu. Dengan kebenaran, manusia dibantu untuk melakukan sesuatu secara berhasil. Dia menolak kebenaran rasionalistis dengan yang hanya memberi definisi abstrak tanpa punya reklevansi bagi kehidupan praktis.


4) Teori Kebenaran Performatif
Filsuf yang mengusung teori ini seperti, Frank Ramsey, John Austin dan Peter Strawson. Filsuf ini mau menentang teori klasik bahwa “ benar” dan “salah” adalah ungkapan yang hanya menyatakan sesuatu (deskriptif).
Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar kalau pernyataan itu menciptakan realitas. Jadi pernyataan yang benar bukanlah pernyataan yang mengungkapkan realitas tapi justru dengan pernyataan itu terciptanya suatu realitas sebagaimana yang diungkapkan dalam pernyataan itu. Teori ini dapat dipakai secara positif tetapi juga bisa dipakai secara negatif.
Contoh:
Secara positif orang dengan pernyataan berusaha mewujudkan apa yang dinyatakannya contoh :
Saya bersumpah akan mencintaimu seumur hidupku.
Secara negatif , orang dapat terlena dengan pernyataan seakan-akan pernyataan itu sama dengan realitas yang ada. Contoh : Indonesia adalah negara hukum, pemimpin adalah orang yang pancasilais. Padahal apa yang dinyatakan belum dengan sendirinya menjadi realitas.
Bahwa dalam menciptakan kebenaran ilmiah bukan saja dibutuhkan adanya kebenaran logis melainkan juga kebenaran emperis. Diharapkan juga kebenaran yang logis dan emperis itu pada akhirnya daat diterapkan dan digunakan bagi kehidupan manusia.
Atas dasar itu dapat dikatakan bahwa kebenaran ilmiah selalu memiliki paling tidak tiga sifat dasar yaitu ;
1). Struktur yang rasional – logis
2). Isi yang emperis
3). Dapat diterapkan (pragmatis).

10. Masalah Bebas Nilai dalam Ilmu Pengetahuan

Pengertian Bebas Nilai
Bebas nilai merupakan tuntutan agar ilmu pengetahuan dikembangkan hanya demi ilmu pengetahuan dan karena itu ilmu pengetahuan tidak boleh dikembangkan dengan didasarkan pada pertimbangan lain di luar ilmu pengetahuan. Namun tuntutan bebas nilai ini tidak mutlak karena tuntutan ini hanya berlaku bagi nilai lain di luar nilai yang menjadi taruhan utama dan perjuangan ilmu pengetahuan bahwa ilmu pengetahuan harus tetap peduli akan nilai kebenaran dan kejujuran.

Dua Kecenderungan dasar

Ada dua macam kecenderungan dasar dalam melihat bahwa tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah untuk mencari dan memberi penjelasan mengenai masalah dan fenomena dalam alam semesta ini:
a.       Kecenderungan puritan-elitis yang beranggapan bahwa tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah demi ilmu pengetahuan. Konsekuensinya, ilmu pengetahuan menjadi bidang yang sangat elistis. Ilmu pengetahuan dinilai mempunyai otonomi mutlak.
b.      Kecenderungan pragmatis meski memiliki tujuan akhir yang sama namun menilai bahwa juga penting bahwa ilmu pengetahuan itu pada akhirnya berguna bagi kehidupan manusia. Yang disebut kebenaran ilmiah itu tidak hanya bersifat logis-rasional dan empiris, melainkan juga bersifat pragmatis, yaitu bahwa kebenaran itu berguna menjawab berbagai persoalan hidup manusia. Menurut kecenderungan pragmatis, ilmu pengetahuan tidak bisa bebas nilai, ilmu pengetahuan terbebani oleh nilai.

Sintesis: Context of Discovery dan Context of Justification

Jalan keluar dari masalah bebas nilai di atas adalah membedakan antara context of discovery dan context of justification.
a.       Context of discovery menyangkut konteks di mana ilmu pengetahuan ditemukan. Ilmu pengetahuan selalu ditemukan dan berkembang dalam konteks ruang dan waktu, dalam konteks sosial tertentu.
b.      Context of justification adalah konteks pengujian ilmiah terhadap hasil penelitian dan kegiatan ilmiah dimana kegiatan ilmiah dan hasil-hasilnya diuji berdasarkan kategori dan kriteria ilmiah murni. Dalam konteks pembuktian sebuah hipotesis atau teori, yang menentukan hanyalah faktor dan kriteria ilmiah atau dengan kata lain, satu-satunya nilai yang berlaku dan dipertimbangkan adalah nilai kebenaran.
Dalam konteks ini ilmu pengetahuan harus bebas nilai. Tujuan pembedaan ini untuk melindungi objektivitas dari hasil akhir kegiatan ilmiah dan melindungi otonomi ilmu pengetahuan.
Beberapa konsekuensi konteks ini adalah:
1.        Tujuan ilmiah dari penelitian ilmiah harus dibedakan dari tujuan pribadi dan sosial yang terkandung.
2.        Kemajuan ilmiah harus dibedakan dari kemajuan sosial pada umumnya.
3.        Rasionalitas, kaidah ilmiah, dan kriteria ilmiah hanya berkaitan dengan penilaian kebenaran, dengan bukti-bukti empiris dan rasional.
4.        Dalam kaitan dengan ilmu-ilmu empiris, penilaian mengenai hasil kegiatan ilmiah hanya didasarkan pada keberhasailan dan kegagalan empiris, ada tidaknya fakta dan data empiris yang mendukung kesimpulan.
5.        Hanya ilmuwan yang punya wewenang untuk memberikan penilaian tentang fakta dan data dan sekaligus tentang kebenaran hasil penelitian.



B.       EPISTEMOLOGI (HARDONO HADI)
1.    OBJEKTIVITAS
a.      Pemecahan Skolastik
Beberapa filsuf skolastik menganggap perlu untuk memperbaiki   keyakinan harian kita , hal yang perlu dicatat :
  1. Terdapat pengamatan dasar bahwa masalahnya tidak dapat diperdebatkan dengan meletakkan “kesalahan” pada indera, karena indera tidak pernah salah.
  2. Untuk mempercayai kebenaran  kesaksian pengalaman inderawi  beberapa syarat harus dipenuhi.
  3. Kita perlu mengingat perbedaan antara objek khusus dan objek umum.
b.      Realisme Virtual
Menurut pandangan realisme virtual, dunia diluar kesadaran hanyalah keadaan  yang secara kualitatif bersifat tandus. Pandangan ini mmpertahankan bahwa  meskipun kualitas-kualitas ini secara formal tidak hadir  di luar persepsi, tetapi secara virtual hadir.
c.         Evaluasi Mengenai Realisme Virtual
Para realis virtual harus menegaskan apakah mempertahankan pendapatnya dengan konsisten atau memperlakukan pendapatnya  bukan suatu  kesimpulan tetapi sebagai premis yang tak tereduksi.
Jika realisme virtual konsekuen dengan penalarannya sangat mungkin dengan akan berakhir  dalam posisi yang dipertahankan Immanuel Kant , adanya pembedaan “noumena” ( kenyataan di dalam dirinya ) dan “fenomena” ( kenyataan yang ditangkap kesadaran ).
d.   Ringkasan
Kita memusatkan pehatian kita kepada istilah “objek”  yang menjadi pokok masalah. Beberapa hal cukup jelas :
a.           Bagi kesadaran yang memutuskan , setiap datum adalah objektif dan lepas.
b.           Untuk kesadaran konseptual , setiap kualitas berada dimana hal itu dialami  sebagai ada.
Beberapa hal yang dapat diselamatkan  sebagai harta epistemology  sebagai berikut :
a.         Kesadaran perceptual tidak pernah bersifat subjektif murni.
b.         Keadaran perceptual tidak pernah berdiri sendiri, tetapi selalu disatukan ke dalam hubunga menyeluruh dengan yang lain yang memasukkan unsur-unsur yang melampai persepsi.
c.          Data perseptual selalu berada persis dimana  merek dialami sebagai berada.
d.         Kesadaran persepual menempatkan kita didalam kontak kemajemukan dari yang lain.
e.    Persoalan Mengenai Objektivitas
a.      Masalah objektifitas biasanya dibicarakan dengan mengabaikan kesadaran yang menyatakan objektivitas ini.
b.      Refleksi juga terus mencari makna dari “objek” yang merupakan pokok didalam diskusi ini, sesuatu yang tidak pernh jelas.
                                               
2.    PENGETAHUAN KONSEPTUAL
a.      Yang Universal
Bebicara mengenai konsep atau  “ide-ide universal “ mempunyai dasar yang berlainan. Arti konsep  yang disebut universal.  Arti ini adalah satu di dalam banyak, arti tunggal yang dapat digandakan.
b.      Nominalisme
Kaum nominalis, menyatakan bahwa ide hanyalah “ flatus vocis” dan tidak ada yang lebih didalam kesadaran daripada kata-kata dan pengalaman khusus yang diikat bersama-sama secara verbal tidak dapat dipertahankan.
c.       Konseptualisme
Menurut konseptualisme ide adalah suatu datum universal Satu-satunya cara datum universal dapat ada hanyalah bagi pikiran . Di luar pikiran semua kenyataan bersifat individual.
d.      Arti dan Contoh
Seagai sesuatu yang ditangkap oleh pikiran , eseni itu bersifat universal , sebagai sesuatu yang ada di benda-benda  esnsi itu bersifat individual. Kalau dipikirkan secara absolute, di dalam dirinya sendiri yaitu dipikirkan sebagai terlepas dari status real  atu mental atau isi pikiran itu tidk individual dan tidak universal.


e.       Pertimbangan
Pertimbangan memberikan tambahan kognitif kepada ide.Kekhususan pertimbangan bukan hanya bahwa dia mencapai eksisensi, tetapi merupakan sarana bagi munculnya eksistensi didalam dirinya sendiri, entah dicapai atau tidak.
f.       Konsep Sebagai Pemahaman Kreatif
Pengetahuan kita akan esensi terletak didalam pengendapan arti didalam pengalaman.esensi tidak dapat dimengerti dengan definisi.Pengalaman berkembang terus dan ide-ide merupakan alat kreatif yang dipergunakan pikiran untuk menyesuaikan diri dengan pengalaman tersebut.Melalui konsep-konsep pikiran menjangka arus pengalaman kemudian menceburkan diri pada pengalaman.Konsep-konsep ini merupakan cara yang dipergunakan pikiran untuk memsuki waktu kembali.Manusia berpikir berarti berkomunikasi. Berkmunikasi berarti menggunakan bahasa. Menggunakan bahasa berarti mengobjektifikasi.
3.    KEBENARAN EKSTENSIAL
a.      Hakikat dari Evidensi
Definisi kebenaran yang secara umum dianggap standar , yaitu kesesuaian antara pikiran dan kenyataan. Konsepsi evidensi juga menyarankan  hal ini.
Kenyataan memaksakan diri kita kepada saya dan saya menyerah terhadap evidensi. Bahasa kita  mengenai budi dan evidensi cenderung menegaskan penggambaran tersebut. Namun pertanyaan tentang kebenaran juga mengandung pertanyaan mengenai asal evidensi.                             
b.      Kierkegaard dan Subjektivisme
Kierkegaard menyatakan bahwa ketepatan konseptual tidak akan pernah mampu untuk memaksa persetujuan di dalam diri manusia. Manusia bukan hanya akal tetapi dia adalah akal yang bereksistensi.Eksistensinya memasukkan  baji di antarapikirannya dan ide. Ia mendefinisikan kebenaran  sebagai sesuatu ketidakpastian objektif  yang dipertahankan  didalam proses  pemberian dari pembatinan  yang paling mendalam Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
Pertama, peranan dari subyektivitas bukanlah keadaan faktual yang merugikan Subyektivitas bersifat essensial. Menghapuskan subyektivitas berarti menghapuskan inteligiblitas.
Kedua, Inteligibilitas ini dapat diterapkan hanya pada suatu jenis kebenaran tertentu.
Ketiga, Formula Kebenaran adalah subyektivitas masih bisa diperluas
c.       Marcel : Masalah dan Misteri
Masalah adalah suatu objek penyelidikan yang ditangkap oleh subjek sebagai sesuatu yang di luar dirinya. Di lain pihak misteri adalah persoalan yang tidak dapat dipisahkan dari subjek sendiri..Terdapat data yang berdasarkan kodratnya tidak bisa dipisahkan dari  subjek.
d.   Transendeni dan Bukti
      Bukti merupakan ciri khas didalam memecahkan problem/masalah tidakdapat digunakan di dalam bidang misterti dan tidak dapat digunakan sebagai patokan bagi segala penalaran. Tidak ada argumen bagi eksistensi Allah yang mungkin diberikan. Hanya pengertian asli dari ada akan memberikan pendekatan kepada bukti.
e.       Kepastian Bebas
Evidensi masuk akal yang termuat di dalam pengalaman mengenai harapan atau kegembiraan benar-benar ada hanya bagi diri singular. Tetapi tidak bagi pengamat impersonal.Subjek logico sensoris . Maka evidensi itu hanya bagi kebebasan .
4.    PENGETAHUAN INTERSUBJEKTIF
a.      Budi-Budi Lain
Masalah “budi lain” cukup berbeda  dari masalah “ diri yang lain “ .Budi secara khusus dimengerti sebagai segi psikis batiniah dari proses badani.
b.      Pengetahuan Langsung Akan yang Lain
Max Scheler menyatakan ekspresi merupakan datum utama , ekspresi tersebut merupakan pernyataan langsung dari diri yang lain. Kodrat simpati sebagai suatu contoh tetap dari usaha menangkap pegalaman  yang lain. Apa yang disajikan oleh simpati  dan rasa malu ini dapat diperluas dengan rasa kagum.
c.    Aku dan Engkau
Individu tidaklah pertama-tama mengetahui dirinya sebagai pengada sadar rasional dan kemudian mencari apakah di balik semua yang tampak.
Gabriel Marcel dan Martin Buber, menempatkan seluruh kemampuan diri di dalam   pertemuan dengan engkau.Apapun artinya “ aku” selalu unik.Hubungan aku-engkau merupakan jalan menuju kepada yang transenden.
5.    DARI SAIN SAMPAI PENGALAMAN ESTETIK
a.      Filsafat Ilmu
Tiga sumber persoalan adalah sebagai berikut :
  1. Terdapat Prinsip Ketidakpastian Heisenberg yang menegaskan bahwa tidak mungkin untuk menyatakan posisi dan kecepatan sebuah elektron bersama-sama.
  2. Ada paradoks terkenal berkaitan dengan kodrat cahaya, yang sekarang juga mempunyai status tidak pasti dalam fisika.
  3. Akhirnya kita dapat mengutip yang memulai seluruh kesulitan yaitu penemuan Max Plank mengenai kenyataan bahwa atom  hanya ada di dalam bentuk energi.

b.      Pengalaman Moral Estetik
Pertanyaan pokok adalah apakah filsafat seni dan etika mempunyai sesuatu untuk dipertahankan? Apakah pembicaraan mereka mempunyai nilai kognisional?
Nilai-nilai moral dan estetik dinyatakan hanya kepada orang yang mengalami urgensinya.  Menurut Martin Heidegger pengalaman puitis merupakan pernyataan dari trans –fenomenal dari Dasein.












BAB II
ANALISIS PERNYATAAN

A.      Pendahuluan
Sebelum penulis menganalisis pernyataan atau ungkapan “ Aku Tahu Karna Aku Tahu”, maka menurut hemat penulis ada baiknya penulis  menjelaskan hal-hal pemahaman penulis tentang pengetahuan.
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan pancaindra, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek.
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan non-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya. Pengetahuan non-ilmiah tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tertentu tentang jin atau makhluk halus di tempat tertentu, keampuhan pusaka, dan lain-lain. Pengetahuan prailmiah adalah hasil serapan indra dan pemikiran rasional yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut menggunakan metode-metode ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tentang manfaat rebusan daun jambu biji untuk mengurangi gejala diare.
Ilmu dipahami sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu bertujuan untuk meramalkan dan memahami gejala-gejala alam.  Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
B.  Analisis “aku tahu bahwa aku tahu”
Kalaulah boleh penulis mengembangkan kata ini maka penulis mengubahnya dengan kata “aku tahu karna aku ingin tahu”. Ingint tahu adalah anugrah yang diberikan allah SWT kepada manusia rasa keingintahuan manusia dipupuk oleh rasa penasaran terhadap sesuatu sehingga sebelum menncari tahu manusia tersebut sudah ada pertanya didalam hatinya. Dan pertanyaan inilah jalan materi sebagai dasar system jawaban yang dinginkan oleh manusia.
Berangkat dari ungkapan “Aku Tahu bahwa Aku Tahu” jika dikaitkan dengan analisis filsafat menurut penulis manusia  ini adalah tipologi jiwa perjuangan didalam kehidupannya. Karna menurut penulis orang yang tahu adalah orang yang sadar, orang yang paham akan keadaannya, orang yang tahu membaca bahasa jiwanya. Kalu ia tahu atau sadar ia bodoh dia harus tahu melakukan melakukan sesuatu  agar ia pintar. Kalau ia tahu atau sadar akan kemiskinannya maka ia harus tahu bagaimana mengatur keuangannya agar tidak boros, kata lainya nya menurut penulis orang yang tahu karna ia tahu adalah orang yang pandai membaca situasi dan kondisi jiwanya dalam hal apapun.
Ungkapan “Aku tahu bahwa Aku Tahu” adalah kesadaran tertinggi dalam jiwa manusia, dan hal ini sudah jelas juga berkaitan dengan psikolog manusia. Untuk itu tentunya seseorang manusia tidak akan cepat langsung meloncat  ketingkatan “aku tahu bahwa aku tahu”.  Dalam arti kata lain, bahwa untuk meloncat dalam tingkat kesadaran penuh manusia tanpa sadar hilang timbul dalam ungkapan kata :
“ Aku tidak tahu bahwa aku tidak tahu”
“aku Tahu Bahwa aaku tidak Tahu”
“aku tidak Tahu bawa aku tahu”
Dari 3 pernyataan diatas adalah proses manusia namun kalau mereka tidak selamanya tahu kalau mereka tahu maka mereka akan tetap berada diposisi salah satu pernyataan diatas bahkan sampai hari tuapun yang dikenal sudah sangat matang dan dewasapun masih berada ditingkat bahwa yaitu “aku tidak tahu karna aku tidak tahu”. Jika dikaitkan kembali dengan filsafat tentu kita sebelum mimilih jalah  harus berpikir , mau dibawa kemana arah dan tujuan hidup. Dan jika sudah terpikir arah tujuan hidup maka manusia bisa berpikir dewasa misi kehidupannya yaitu aku tahu bahwa aku tahu.















BAB III
WAWANCARA

Wawancara adalah salah satu cara untuk data langsung akibat dari permasalahan-permasalah yang kala timbul ditengah kehidupan masyarakat. Dalam hal ini sesuai petunjuk lembaran tugas filsafat Ilmu dari dosen pengampu,  maka penulis akan mencari data melalui wawancara sesuai intruksi dari lembaran tersebut.
Lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikanya itulah pribahasa yang sering diucapkan, begitu juga dengan cara seseorang mendidik anaknya. Dan sudah dapat dipastikan bahwa setiap orang tua dalam mendidik anaknya itu berbeda-beda begitupun dengan karakter setiap orang. 
A.  Wawancara Dengan Guru Agama SDN 290 Kab. Bungo
Ibu Nailil Husni S.Pd.I adalah salah satu guru agama di Sekolah Menengah Kejurua (SMK) pada yayasan setih setio Kab. Bungo  tepatnya di Provinsi Jambi. yang kebetulan beliau adalaha kakak kandung pertama penulis. Sehingga sangat memungkinkan penulis dengan mudah untuk mendapatkan data tanpa harus berkenalan terlebih dahulu.
Ibu Nailil menjelasakan :
Mendidik berarti guru itu harus menjadi pendidik, karna tidak semua guru itu dikatakan pendidik, pendidik adalah orang yang terdididik jika gurunya tidak terdidik bagaimana mau mendidik. (24 Desember 2011).
Banyak manusia yang ingin berprofesi menjadi guru tetapi tidak memahami tugas-tugas guru,i sehingga tugas utama mendidik siswa tidak sebagaimana yang diaharapkan. Sebelumnya ini adalah kritikan saya terhadap pola pemikiran guru di kab. Bungo ini.
Jika berberbicara saudara menanyakan bagaimana mendidik siswa terhadap mata pelajaran yang saya ajarkan, tentunya pembicaraan ini focus terhadap metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Menurut saya, pendidikan PAI di SMK ini materinya masih terlalu rendah kurikulumnya jika dibandingkan dengan Madrasah Aliyah. Oleh sebab itu, dari segi keilmuan saya meniadakan metode diskusi mengingat rendahnya pengetahuan anak terhadap pendidikan agama islam.
Saya selalu menggunakan metode ceramah jika mengajar siswa disini, namun yang menjadi andalan dari metode ini karna saya memasukkan Tanya jawab atau evaluasi langsung ketikan diawal pembelajaran, ditengah pembelajaran maupun diakhir pembelajaran. Karna menurut saya adalah salah satu strategi agar anak focus. Namun itu hanya sekedar agak siswa focus.
Focus belum berarti siswa merasa tertarik, tentunya saya semaksimal mungkin menggunakan media yang menarik perhatian mereka contoh ketika saya mengajarkan cara berwudhu, saya menggunakan slide bergerak cara berwudhu. Dan jika memungkinkan ada hal-hal yang harus dipraktekkan kenapa tidak, saya akan menyuruh mereka langsung mempraktekkan ditempat wudhu yang disediakan oleh mushalla sekolah ini.
 menurut saya pendidikan karakter dewasa adalah pendidikan mempunyai cirri khusus tentang hal-hal yang lumrah dilakukan leh orang dewasa. Misalnya contoh dari segi agama, kalau anak sudah baligh maka maka dia sudah dibabani untuk sholat.
B.     Wawancara dengan orang berkeluarga yang telah mempunyai anak
 Bapak M.Roni adalahlah suami dari Siti Awaliyah yang menikah pada tahun 1991, yang mempunya 3 anak dan semua putra, anak pertama bernama ilham (16 tahun), yang kedua bernama Ridoka (13 Tahun) dan yang ketiga bernama  Insanul kamil (11 tahun). Keluarga ini bertempa tinggal di jalan dammar lorong klemang RT.27/08 Kab. Bungo tepatnya di provinsi Jambi. Bapk roni sendiri bekerja sebagai tukang bengkel disalah satu deretan jalan pasar Muara Bungo sedangkan istrinya hanya seorang ibu rumah tangga.
Ditengah umur beliau yang cukup tua ini, beliau mengungkapkan :
Menjalani kehidupan yang baik itu dijaman sekarang sangat susah, ada dimata tuhan baik tapi dimata allah tidak. Dimata allah baik dimata manusia tidak. Yah..,  kalau saya inginnya dimata allah baik dimata manusia baik, tapi saya tidak memumgkiri hal itu masih jauh dari kehidupan saya, apalagi dalam hal ekonomi keluarga kami yang selalu terbelit.
Jika diwaktu saya muda keamanan diindonesia sangat terjamin, karna masih ojamannya pak harto, jadi jika yang ada ssesuatu yang ganjil maka akan segera dibrantas habis-habisan dan pada waktu itu harga barang-barang sangat murah kalu dibandingkan sekarang. Jadi menurut saya jamannya pak harto itu adalah penunjang jalan agar berkehidupan baik. Dahulu kalau perampok, pencopet, pengemis ada tapi kurang, sekarang jaman reformasi dan demokrasi begitulah istilahnya, tapi jauh dari harapan saya.
Ketika saya belum berkeluarga, tidak ada pemuda yang pakai tato, telinga bertindik, anak punk, sekarang pemuda banyak yang rusak. Hal jaman sekarang ini mengkhawatirkan saya terhadap kondi kejiwaan anak saya, takut kalau mereka mengikuti lingkungan itu. Makanya saya sering mengajak mereka membantu saya di bengkel. Agar kerja mereka terpantau oleh saya.
Kalau ketika berkeluaga terutama setelah anak saya tumbuh dewasa saya harus membuat diri saya betul-betul seorang ayah yang teladan. Agar apa yng saya perintah untuk kebaikan mereka , mereka bisa pahami dan laksanakan. Selama ini saya tidak mendapatlkan kendala dalam mendidik anak. Cuma yang agak susah dan terganggu itu ketika dia masih bayi sampai umur 5 tahun, mereka belum bisa tahu apa-apa.
 Saya kurang memahami  pendidikan karakter dewasa karna pertanyaan ini sebaiknya diajukan kepada seorang guru, tapi kalau menurut saya pendidikan karakter dewasa adalah mendidik anak anak agar tumbuh dan berpikir dewasa.

C.     Analisis
Menurut saya, guru agama (kenalan pertama) tersebut sudah memiliki misi mendidik yang baik, tampak dari apersepsinya sebelum menjelaskan cara mendidik siswa, kritikan in bukan hanya kritikan pedas untuk guru yang ada di kab. Bungo tapi juga untuk guru di seluruh Indonesia karna dunia pendidikan banyak siswa dan mahasiswa tidak puas dengan penjelasan guru yang setengah tahu. Sehingga jika di analisis guru ini termasuk kata ungkapan dia tahu tapi dia tidak tahu.

Namun guru ini hanya mengenal 2 metode didalam cara mendidik agama islam terhadap siswanya, mengakibatkan miskin metode, padahal didalam keilmuan PAI, metode pembelajaran PAI berjumlah 17 macam. Sehingga penulis menarik kesimpulan bahwa guru agama tersebut aktif namun belum belum inovatif dan mencari tahu variasi dalam pembelajaran PAI.

Dan yang kedua adalah tukang bengkel, dari apersepsi perkataan beliau ada sebuah unsur ingin membandingkan sekaligus mengkritisi perekonomian sekarang, hal ini mungkin tidak termasuk kepermasalahan wawancara tersebut, namun penulis menyadari bahwa seorang tungkang bengkel yang mempunyai kehidupan pas-pasan dan ditambah dengan latar belakang sekolahnya yang sampai sebatas SMK, sudah barang tentu ucapannya sedikit ngawur.

Namun menurut pengamatan penulis bapak ini tergolong orang yang pekerja keras senantiasa menjadi contoh dengan untuk keluarganya apa yang diungkapkanya terhapa penulis itu adalah fakta dilapangan, contoh beliau senantiasa mengajak anaknya sholat berjama’ah ke masjid.















Daftar Pustaka
P. Hardono Hadi. 1994. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan, Kansius : Yoyakarta).
Sonny Keraf, A. dan Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Saran Anda