BAB 1
IKHTISAR BUKU
A.
Ilmu
Pengetahuan (Sonny Keraf)
1.
Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah “filsafat” merupakan
padanan kata falsafah ( bahasa arab) dan philosophy ( Inggris) yang berasal
dari bahasa Yunani “philosophia”, yang berasal dari kata Philos yang berarti
cinta (love) atau sahabat dan Sophia berarti kebijaksanaan (wisdom), kearifan
dan pengetahuan. Jadi secara etimologis kata filsafat berarti love of wisdom
atau cinta kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta pengetahuan. Istilah
philosophia, pertama kali digunakan oleh Pythagoras (abad ke-6 SM), ketika
diajukan pertanyaan kepadanya : “ Apakah anda termasuk oran yang bijaksana ?”
dengan rendah hati Pythagoras menjawab, “Saya hanya seoran philosophos,
“pecinta kebijaksanaan” atau seorang yang mencintai pengetahuan”.
Menurut Plato Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
meraih kebenaran yang asli dan murni. Filsafat adalah penyelidikan tentang
sebab-sebab dan asas-asa yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
Rene Deskartes filsafat adalah
himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai
Tuhan, alam dan manusia.
Aristoteles Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
senantiasa berupaya mencari prinsi-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas
yang ada.
Poedjawijatno Filsafat adalah ilmu (tentang segala sesuatu)
yang menyelidiki keterangan atau sebab yang sedalam-dalamnya.
Sidi Gazalba Filsafat adalah sistem kebenaran tentang
segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari berfikir secara radikal,
sistematis dan universal. Secara historis
semua ilmu pengetahuan yang kita kenal dewasa ini, pernah menjadi bagian dari
filsafat yang dianggap induk dari segala imu pengetahuan dan filsafat mencakup
pula segala usaha pemikiran mengenai masyarakat.
Objek Filsafat
Objek filsafat dibagi menjadi 2 yaitu :
1.
Objek Material : adalah segala sesuatu yang
menadi masalah, segala sesuau yang dimasalahkan oleh filsafat, yang pada
intinya meliputi persoalan hakekat Tuhan, hakekat alam dan hakikat manusia.
2.
Objek Formal : ialah usaha manusia untuk
mencari keterangan secara radikal tentang objek material filsafat.
2.
Fungsi ,
Kegunaan dan Ciri-ciri Filsafat
Menurut
Radhakrisnan, tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan masa dimana
kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif
menetapkan nilai, menempatkan tujuan, menentukan arah, dan menuntun ke jalan
baru.
Menurut Maksum ; fungsi filsafat
adalah untuk menyelematkan manusia dari kesesatan hidup menghadapi
pengaruh-pengaruh kemajuan dan gaya hidup meterialisme, melepaskan kungkungan
kegelisahan dan ketidabermaknaan (unmeaning purpose of life).
Menurut
Jan Hendrik Rappar, kegunaan filsafat dibagi kedalam dua hal yaitu
;
1.
Bagi Ilmu Pengetahuan sebagai mater scientiarum
2.
Bagi Kehidupan sehari-hari
Menurut
soetriono dan Hanafi, kegunaan filsafat antara lain:
1.
Melatih diri untuk berfikir kritis dan runtut
serta menyusus hasl pikiran tersebut secara sistematis.
2.
Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih
luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tertutup.
3.
Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian
dan memutuskan atau mengambil kesimpulan mengenai sesuatu hal secara mendalam
dan konrehensif.
4.
Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka
dalam menghadapi berbagai problem.
5.
am hubungan dengan orang lain
Adapun Ciri-Ciri Berpikir Filsafat Menurut
Maksum ciri-ciri berfikir filsafat itu antara lain
1.
Berpikir Radikal
2.
ciriMencari
Asas
3.
Memburu kebenaran
4.
Mencari Kejelasan
5.
Berpikir Rasional ( logis, sistematis dan
kritis)
3.
Klasifikasi
Cabang Filsafat
Setiap ahli filsafat mempunyai pembagian
filsafat yang berbeda-beda. Beberapa klasifikasi cabang-cabang filsafat :
Menurut Aristoteles :
Filsafat dibagi menjadi tiga bidang yaitu :
1.
Filsafat spekulatif atau teoritis bersifat objektif.
Tujuan utamanya adalah pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri.
2.
Filsafat praktika memberikan petunjuk dan
pedoman bagi tingkah laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya.
3.
Filsafat produktif ; adalah pengetahuan yang
membimbing dan menuntun manusia menjadi produktif lewat suatu ketrampilan
khusus. Adapun sasaran utama yang hendak dicapai adalah agar manusia sanggup
menghasilkan sesuatu, baik secara teknis maupun secara puitis dalam terang
pengetahuan yang benar.
Will Durrant, membagi cabang filsafat
menjadi;
1.
Logika
2.
Estetika
3.
Etika
4.
Politika
5.
Metafisika
Pada umumnya menurut Maksum cabang
filsafat dibagi menjadi enam bidang studi yaitu
1.
Epistemologi
Filsafat yang mempersoalkan sumber, asal mula dan jangkauan serta validitas dan reabilitas dari berbagai klaim terhadap pengetahuan.
Filsafat yang mempersoalkan sumber, asal mula dan jangkauan serta validitas dan reabilitas dari berbagai klaim terhadap pengetahuan.
2.
Metafisika
Filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, tentang hakikat yang bersifat transenden, diluar jangkauan pengalaman dan pengamatan indera manusia.
Filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, tentang hakikat yang bersifat transenden, diluar jangkauan pengalaman dan pengamatan indera manusia.
3.
Logika
Studi tentang metode berfikir dan metode penelitian ideal, yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sistesis.
Studi tentang metode berfikir dan metode penelitian ideal, yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sistesis.
4.
Etika
adalah studi tentang tingkah laku yang ideal, yang termasuk didalamnya adalah aksiologi.
adalah studi tentang tingkah laku yang ideal, yang termasuk didalamnya adalah aksiologi.
5.
Estetika
adalah studi tentang bentuk ideal dam keindahan.
adalah studi tentang bentuk ideal dam keindahan.
6.
Filsafat-Filsafat khusus atau filsafat tentang
berbagai disiplin seperti filsafat hukum, filsafat agama, filsafat pendidikan,
dan sejenisnya.
4.
Fenomenologi
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Secara metodelogis gejala terbentuknya
pengetahuan manusia, dapat dibedakan antara dua kutub berbeda dari gejala
pengetahuan manusia itu, yaitu antara kutub si pengenal dan kutub yang dikenal
atau antara objek dan subjek. Kendati keduanya bisa dipisahkan secara jelas dan
tegas untuk bisa terbentuknya pengetahuan tapi tidak bisa dipisahkan satu sama
lainnya. Keduanya merupakan suatu kesatuan asasi bagi terwujudnya pengetahuan
manusia.
Bahwa supaya ada pengetahuan, subjek harus
terarah kepada objek, dan sebaliknya objek harus terbuka dan terarah pada
subjeknya. Artinya supaya bisa terjadi pengetahuan subjek harus terbuka dan
terarah atau mengarahkan diri kepada objek untuk mengenal dan mengetahui
sebagaimana adanya dan sebaliknya objek hars terbuka dan terarah keada subjek
untuk dikenal sebagaimana adanya.
Manusia sebagai subjek pengetahuan memegang
peranan penting tanpa meremehkan objek. Keterarahan manusia terhadap objek
jadinya merupakan faktor yang sangat menentukan bagi munculnya pengetahuan
manusia.Keterarahan manusia terhadap objek ini hanya mungkin menimbulkan
pengetahuan kalau dalam diri manusia sebagai subjek sudah terdapat
kesamaan-kesamaan prinsip atau kategori tertentu yang memungkinkan manusia
dapat mengenal dan menangkap objek yang diamatinya.
Awalnya dengan alat jasmaniah manusia mengenal
dan menangkap objek selanjutnya dengan bantuan jiwa dan akal budi manusia mampu
mengangkat pengetahuan yang bersifat temporal, konkret, jasmani ke tingkat yang
lebih tinggi yaitu tingkat abstrak dan berlaku universal.
Pengetahuan yang bersifat umum dan universal
itulah yang memungkinkan untuk dirumuskan dan dikomunikasikan dalam bahasa yang
bersifat umum dan universal untuk bisa dipahami oleh siapa saja dari waktu dan
tempat mana saja. Dengan bahasa pengetahuan manusia yang konkret dan abstrak
dipadukan, dikomunikasikan, dibakukan, dan diwariskan dari satu generasi ke
generasi yang lain. Orang dapat mempelajari, mempersoalkan, mendalami, mengubah
dan mengembangkan lebih lanjut pengetahuan yang telah diperoleh untuk menemukan
lagi pengetahuan baru yang lebih sempurna untuk menggantikan yang sudah ada.
Manusia tahu bahwa ia tahu. Ia sadar bahwa ia
tahu. Oleh karena itu dengan kesadarannya, manusia melakukan refleksi tentang
apa yang diketahuinya itu. Berkat refleksi ini pula pengetahuan yang semula
bersifat langsung dan spontan, keudian diatur dan dibakukan secara sistematis
melalui suatu prosedur tertentu sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan
atau dapat dikritik dan di bela. Dengan jalan inilah selanjutnya kita mengenal
yang disebut Ilmu pengetahuan.
5.
Filsafat
Pengetahuan dan Filsafat Ilmu pengetahuan
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran,
gagasan,ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan
segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya.
Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis.
Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis.
Pengetahuan bersifat spontan, ilmu pengetahuan
lebih sistematis dan reflektif.
Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Juga mencakup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dibakukan secara sistematis dan metodis.
Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Juga mencakup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dibakukan secara sistematis dan metodis.
Filsafat pengetahuan berkaitan dengan upaya
mencari dan menjelaskan secara sistematis dan masuk akal sebab dan akibat dari
berbagai peristiwa di alam semesta ini.
Selanjutnya dikembangkan metode untuk tidak hanya menemukan sebab dan akibat dari berbagai peristiwa tertentu melainkan juga untuk menjelaskan kaitan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, yang mungkin sehari-hari terlihat seakan tanpa keterkaitan apapun.
Selanjutnya dikembangkan metode untuk tidak hanya menemukan sebab dan akibat dari berbagai peristiwa tertentu melainkan juga untuk menjelaskan kaitan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, yang mungkin sehari-hari terlihat seakan tanpa keterkaitan apapun.
6.
Pengetahuan Dan
Keyakinan
Pengetahuan tidak sama dengan keyakinan,
walaupun pengetahuan maupun keyakinan sama-sama merupakan sikap mental
seseorang dalam hubungan dengan objek tertentu yang disadarinya sebagai ada
atau terjadi.
Dalam keyakinan objek yang disadari sebagai ada
itu, tidak perlu harus ada sebagaimana adanya. Sebaliknya dalam pengetahuan,
objek yang disadari itu memang ada sebagaimana adanya. Dalam keyakinan apa yang
disadari sebagai ada, bisa saja tidak ada dalam kenyataannya. Daam pengetahuan
objek yang diketahui itu harus ada, harus terjadi sebagaimana yang diklaim. Apa
yang diketahui harus benar (kebenaran) yaitu ditunjang oleh bukti-bukti berupa
acuan pada fakta, saksi, memori, catatan historis dan sebagainya.
adapun macam-macam pengetahuan yaitu : Tahu
bahwa, Tahu bagaimana, Tahu akan/mengenai, Tahu Mengapa.
Tahu Bahwa :
“Pengetahuan
bahwa” adalah pengetahuan tentang informasi tertentu; bersifat teoritis. tahu bahwa
sesuatu terjadi, tahu bahwa sesuau memang begitu adanya bahwa apa yang
dikatakan memang benar. Pengetahuan ini berkaitan dengan keberhasilan
mengumpulkan informasi atau data tertentu. Maka kekuatan pengetahuan ini adalah
informasi atau data yang dimilikinya dan orang lain tidak memilikinya.
Tahu Bagaimana :
Pengetahuan ini
menyangkut bagaimana melakukan sesuatu, ini yang dikenal dengan Know-how.
Pengetahuan ini berkaitan dengan ketrampilan, keahlian dan kemahiran teknis
dalam melakukan sesuatu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan jenis ini tidak
lain berarti ia tahu bagaimana melakukan sesuatu, berkaitan dengan praktek.
Tahu akan/mengenai :
Yang
dimaksudkan pengetahuan ini adalah sesuatu yang sangat spesifik menyangkut
pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melalui pengalaman atau pengenalan
pribadi. Unsur aling penting dalam hal ini adalah pengenalan dan pengalaman
pribadi secara langsung dengan objeknya.
Adapun
ciri-ciri dari pengetahuan tahu akan/mengenai ini adalah :
1.
Karena pengetahuan ini didasarkan pada
pengenalan pribadi yang langsung dengan objek, pengetahuan ini mempunyai
tingkat objektifitas yang cukup tinggi (berdasarkan pengenalan dan pengalaman
langsung si subjek). Walaupun disadari bahwa unsur subjektifitas tetap ada
karena objek itu tetap dikenal dan ditangkap berdasarkan sudut pandang si
subjek.
2.
Subjek mampu membuat penilaian tertentu atas
objeknya karena pengenalan dan pengalaman pribadi yang bersifat langsung dengan
objek.
3.
Pengetahuan ini bersifat singular, yaitu hanya
berkaitan dengan barang atau objek khusus. Artinya pengetahuan ini terutama
terbatas pada objek yang dikenal langsung dan personal dan bukan menyangkut
objek serupa lainnya.
Tahu Mengapa :
Pengetahuan
jenis ini berkaitan dengan “pengetahuan bahwa”, hanya saja “tahu mengapa” jauh
lebih mendalam dari “ Tahu bahwa” karena pengetahuan “tahu mengapa” berkaitan
dengan penjelasan. Penjelasan ini tidak hanya berhenti pada informasi,
melainkan menerobos masuk ke balik data atau informasi yang ada. Dengan
penjelasan yang ada maka “tahu mengapa” jauh lebih kritis, bahkan sudah pada
tingkat mengkaitkan dan menyusun hubungan-hubungan tak kelihatan antara
berbagai informasi yang ada. Melangkah dari informasi yang ada ke informasi
baru yang menyingkap pengetahuan yang lebih mendalam. Pengetahuan model ini
lebih dekat kepada model ilmiah.
Bahwa
keempat macam pengetahuan ini terdapat saling hubungan yang sangat erat untuk
bisa tercapainya pengetahuan yang dianggap paling benar dan sempurna.
Skema hubungan dan urutan peringkat semakin medalam dari 4 pegetahuan
Skema hubungan dan urutan peringkat semakin medalam dari 4 pegetahuan
7.
Skeptisme
Apakah pengetahuan itu mungkin dicapai ?,
apakah kita benar-benar dicapai ? apakah kita benar-benar tahu? Bagaimana kita
merasa yakin kita tahu, singkatnya bagaimana kita tahu bahwa kita tahu.
Pertanyaan ini biasanya dimiliki oleh orang skeptis terhadap adanya
pengetahuan. Skeptisme meragukan kemungkinan bahwa manusia bisa mengetahui
sesuatu karena tidak ada bukti yang cukup untuk mempertahankan bahwa manusia
benar-benar tahu tentang sesuatu.
Skeptisisme telah menyumbangkan sesuatu yang
berharga bagi ilmu pengetahuan yaitu sikap meragukan secara positif setiap
klaim dan bukti yang kita peroleh. Sampai tingkat tertentu ini menunjukan sikap
kritis, sikap yang tidak mudah percaya begitu saja terhadap apa saja.
Kritik terhadap Skeptisisme
Kritik terhadap Skeptisisme
a.
Skeptisisme keliru beranggapan bahwa kalau kita
tahu sesuatu kita tidak bisa salah.
b.
Kenyataan menunjukan bahwa selalu ada konsep
yang berpasangan hitam dan putih, benar dan salah, berat dan ringan, tahu dan
tida tahu.
c.
Skeptisisme yang radikal akan melahirkan
berbagai kontradiksi.
8.
Kebenaran
Ilmiah
Pengetahuan selalu mengandung kebenaran dari
apa yang diketahui itu. Karena itu suatu pembicaraan tentang pengetahuan mau
tidak mau harus menyangkut kebenaran.
Macam-Macam Teori Kebenaran
Macam-Macam Teori Kebenaran
Sekurang-kurangnya ada 4 teori yang mencoba
menjawab pertanyaan : apa itu kebenaran ?.
1.
Teori kebenaran sebagai persesuaian (the
correspondence theory of truth).
2.
Teori kebenaran sebagai keteguhan ( the
coherence theory of truth.
3.
Teori Pragmatis tentang kebenaran ( the
pragmatic theori of truth).
4.
Teori performatif tentang kebenaran ( the
performative theory of truth)
1) Teori
Kebenaran sebagai persesuaian
Aristoteles
meletakan dasar bagi teori kebenaran sebagai persesuaian bahwa kebenaran adalah
persesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan. Jadi sutau pernyataan
dianggap benar kalau apa yang dinyatakan di dalamnya berhubungan atau punya
keterkaitan (correspondence)dengan kenyataan yang diungkapkan dalam pernyataan
itu.
Kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang di klaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya atau dapat pula dikatakan….
kebenaran terletak pada kesesuaian antara subjek dan objek yaitu apa yang diketahui subjek dan realitas sebagaimana adanya. Kebenaran sebagai persesuaian juga disebut sebagai kebenaran emperis karena kebenaran suatu pernyataan, proposisi, atau teori ditentukan oleh apakah pernyataan, proposisi atau teori itu didukung fakta atau tidak.
Beberapa hal terkait dengan teori persesuaian ini:
Kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang di klaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya atau dapat pula dikatakan….
kebenaran terletak pada kesesuaian antara subjek dan objek yaitu apa yang diketahui subjek dan realitas sebagaimana adanya. Kebenaran sebagai persesuaian juga disebut sebagai kebenaran emperis karena kebenaran suatu pernyataan, proposisi, atau teori ditentukan oleh apakah pernyataan, proposisi atau teori itu didukung fakta atau tidak.
Beberapa hal terkait dengan teori persesuaian ini:
1.
Teori ini menekankan pada teori emperisme yang
mengutamakan pengalaman dan pengamatan indrawi sebagai sumber utama pengetahuan
manusia. Teori ini lebih mengutamakan cara kerja dan pengetahuan aposteriori
yaitu pengetahuan yang terungkap hanya melalui dan setelah pengalaman dan
percobaan emperis.
2.
Teori ini cenderung menegaskan dualitas antara
subjek dan objek, antara si pengenal dan dikenal. Teori ini menekankan
pentingnya objek bagi kebenaran pengetahuan manusia. Yang paling berperan bagi
kebenaran pengetahuan manusia adalah objek, sedangkan subjek atau akal budi
hanya mengolah lebih jauh apa yang diberikan oleh objek.
3.
Teori kebenaran persesuaian, sangat menekankan
bukti (evidence) bagi kebenaran suatu pengetahuan. Tetapi bukti ini bukan
diberikan secara apriori oleh akal budi atau di kontruksi oleh akal budi
,melainkan apa yang disodorkan oleh objek yang dapat ditangkap oleh
pancaindera.
2) Teori
Kebenaran Sebagai Keteguhan
Teori ini
dianut oleh kaum rasionalis. Menurut teori ini, kebenaran tidak ditemukan dalam
kesesuaian antara proposisi dengan kenyataan,malainkan dalam relasi antara
proposisi baru dengan proposisi yang sudah ada.
Maka suatu
pengetahuan, teori, pernyataan, proposisi atau hipotesis dianggap benar kalau
sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi, atau hipotesis lainnya, yaitu
kalau proposisi itu meneguhkan dan konsisten dengan proposisi sebelumnya yang
dianggap benar. Suatu pernyataan itu benar kalau pernyataan itu cocok dengan
sistem pemikiran yang ada maka kebenaran sesungguhnya hanya berkaitan dengan
implikasi logis dari sistem pemikiran yang ada.
•
Teori kebenaran sebagai keteguhan lebih menekan
kebenaran rasional-logis dan juga cara kerja deduktif.
•
Teori kebenaran sebagai keteguhan lebih
menekankan kebenaran dan pengetahuan apriori. Ini berarti pembuktian
atau justifikasi sama artinya dengan validasi.
Salah satu kesulitan dan keberatan atas teori ini adalah bahwa kebenaran suatu pernyataan didasarkan pada kaitan atau kesesuaian dengan pernyataan lain, timbul pertanyaan bagaimana dengan kebenaran pernyataan lain tadi ? Jawabannya, kebenarannya ditentukan berdasarkan fakta apakah pernyataan tersebut sesuai dan sejalan dengan pernyataan lain lagi. Hal ini terjadi berulang kali sehingga terjadi gerak mundur tanpa henti. Untuk mencari pengetahuan yang mengandung kebenaran ilmiah maka perlu adanya pemenuhan kreteria emperis dan rasional.
Salah satu kesulitan dan keberatan atas teori ini adalah bahwa kebenaran suatu pernyataan didasarkan pada kaitan atau kesesuaian dengan pernyataan lain, timbul pertanyaan bagaimana dengan kebenaran pernyataan lain tadi ? Jawabannya, kebenarannya ditentukan berdasarkan fakta apakah pernyataan tersebut sesuai dan sejalan dengan pernyataan lain lagi. Hal ini terjadi berulang kali sehingga terjadi gerak mundur tanpa henti. Untuk mencari pengetahuan yang mengandung kebenaran ilmiah maka perlu adanya pemenuhan kreteria emperis dan rasional.
3) Teori Pragmatis tentang Kebenaran
Teori ini
dikembangkan dan dianut oleh filsuf pragmatis Amerika, Charles S. Peirce dan
William James. Bagi kaum pragmatis kebenaran sama artinya dengan kegunaan. Ide
yang benar adalah ide yang paling mampu memungkinkan seseorang- berdasarkan ide
itu melakukan sesuatu secara paling berhasil dan tepat guna. Kebenaran yang terutama ditekankan oleh kaum
pragmatis adalah kebenaran yang menyangkut “pengetahuan bagaimana” (know how).
Ide yang benar adalah ide yang memungkinkan kita berhasil memperbaiki dan
menciptakan sesuatu. Bagi kaum pragmatis yang penting bukanlah benar tidaknya
suatu ide secara abstrak.melainkan sejauh mana kita dapat memecahkan
persoalan-persoalan praktis yang muncul dalam kehidupan kita dan kehidupan
masyarakat sehari-hari. Semakin berguna sebuah ide untuk memecahkan persoalan
praktis, maka ide itu akan dianggap laing benar.
Williams James
menolak memisahkan kebenaran dari nilai moral. Kebenaran merupakan sebuah nilai
moral karena dengan kebenaran manusia sampai pada sesuatu. Dengan kebenaran,
manusia dibantu untuk melakukan sesuatu secara berhasil. Dia menolak kebenaran
rasionalistis dengan yang hanya memberi definisi abstrak tanpa punya reklevansi
bagi kehidupan praktis.
4) Teori Kebenaran Performatif
Filsuf yang
mengusung teori ini seperti, Frank Ramsey, John Austin dan Peter Strawson.
Filsuf ini mau menentang teori klasik bahwa “ benar” dan “salah” adalah
ungkapan yang hanya menyatakan sesuatu (deskriptif).
Menurut teori
ini, suatu pernyataan dianggap benar kalau pernyataan itu menciptakan realitas.
Jadi pernyataan yang benar bukanlah pernyataan yang mengungkapkan realitas tapi
justru dengan pernyataan itu terciptanya suatu realitas sebagaimana yang
diungkapkan dalam pernyataan itu. Teori ini dapat dipakai secara positif tetapi
juga bisa dipakai secara negatif.
Contoh:
Secara positif orang dengan pernyataan berusaha mewujudkan apa yang dinyatakannya contoh :
Secara positif orang dengan pernyataan berusaha mewujudkan apa yang dinyatakannya contoh :
Saya bersumpah
akan mencintaimu seumur hidupku.
Secara negatif
, orang dapat terlena dengan pernyataan seakan-akan pernyataan itu sama dengan
realitas yang ada. Contoh : Indonesia adalah negara hukum, pemimpin adalah
orang yang pancasilais. Padahal apa yang dinyatakan belum dengan sendirinya
menjadi realitas.
Bahwa dalam
menciptakan kebenaran ilmiah bukan saja dibutuhkan adanya kebenaran logis
melainkan juga kebenaran emperis. Diharapkan juga kebenaran yang logis dan
emperis itu pada akhirnya daat diterapkan dan digunakan bagi kehidupan manusia.
Atas dasar itu
dapat dikatakan bahwa kebenaran ilmiah selalu memiliki paling tidak tiga sifat
dasar yaitu ;
1). Struktur
yang rasional – logis
2). Isi yang
emperis
3). Dapat diterapkan (pragmatis).
10. Masalah Bebas Nilai dalam Ilmu Pengetahuan
Pengertian
Bebas Nilai
Bebas nilai merupakan tuntutan agar ilmu
pengetahuan dikembangkan hanya demi ilmu pengetahuan dan karena itu ilmu
pengetahuan tidak boleh dikembangkan dengan didasarkan pada pertimbangan lain
di luar ilmu pengetahuan. Namun tuntutan bebas nilai ini tidak mutlak karena
tuntutan ini hanya berlaku bagi nilai lain di luar nilai yang menjadi taruhan
utama dan perjuangan ilmu pengetahuan bahwa ilmu pengetahuan harus tetap peduli
akan nilai kebenaran dan kejujuran.
Dua Kecenderungan dasar
Ada dua macam kecenderungan dasar dalam melihat
bahwa tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah untuk mencari dan memberi
penjelasan mengenai masalah dan fenomena dalam alam semesta ini:
a. Kecenderungan
puritan-elitis yang beranggapan bahwa tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah
demi ilmu pengetahuan. Konsekuensinya, ilmu pengetahuan menjadi bidang yang
sangat elistis. Ilmu pengetahuan dinilai mempunyai otonomi mutlak.
b. Kecenderungan
pragmatis meski memiliki tujuan akhir yang sama namun menilai bahwa juga
penting bahwa ilmu pengetahuan itu pada akhirnya berguna bagi kehidupan
manusia. Yang disebut kebenaran ilmiah itu tidak hanya bersifat logis-rasional
dan empiris, melainkan juga bersifat pragmatis, yaitu bahwa kebenaran itu
berguna menjawab berbagai persoalan hidup manusia. Menurut kecenderungan
pragmatis, ilmu pengetahuan tidak bisa bebas nilai, ilmu pengetahuan terbebani
oleh nilai.
Sintesis: Context of Discovery dan Context of Justification
Jalan keluar dari masalah bebas nilai di atas
adalah membedakan antara context of discovery dan context of justification.
a. Context
of discovery menyangkut konteks di mana ilmu pengetahuan ditemukan. Ilmu
pengetahuan selalu ditemukan dan berkembang dalam konteks ruang dan waktu,
dalam konteks sosial tertentu.
b. Context
of justification adalah konteks pengujian ilmiah terhadap hasil penelitian dan
kegiatan ilmiah dimana kegiatan ilmiah dan hasil-hasilnya diuji berdasarkan
kategori dan kriteria ilmiah murni. Dalam konteks pembuktian sebuah hipotesis
atau teori, yang menentukan hanyalah faktor dan kriteria ilmiah atau dengan
kata lain, satu-satunya nilai yang berlaku dan dipertimbangkan adalah nilai
kebenaran.
Dalam
konteks ini ilmu pengetahuan harus bebas nilai. Tujuan pembedaan ini untuk
melindungi objektivitas dari hasil akhir kegiatan ilmiah dan melindungi otonomi
ilmu pengetahuan.
Beberapa
konsekuensi konteks ini adalah:
1.
Tujuan ilmiah dari penelitian ilmiah harus
dibedakan dari tujuan pribadi dan sosial yang terkandung.
2.
Kemajuan ilmiah harus dibedakan dari kemajuan
sosial pada umumnya.
3.
Rasionalitas, kaidah ilmiah, dan kriteria
ilmiah hanya berkaitan dengan penilaian kebenaran, dengan bukti-bukti empiris
dan rasional.
4.
Dalam kaitan dengan ilmu-ilmu empiris,
penilaian mengenai hasil kegiatan ilmiah hanya didasarkan pada keberhasailan
dan kegagalan empiris, ada tidaknya fakta dan data empiris yang mendukung
kesimpulan.
5.
Hanya ilmuwan yang punya wewenang untuk
memberikan penilaian tentang fakta dan data dan sekaligus tentang kebenaran
hasil penelitian.
B.
EPISTEMOLOGI (HARDONO HADI)
1.
OBJEKTIVITAS
a.
Pemecahan Skolastik
Beberapa filsuf skolastik menganggap perlu untuk
memperbaiki keyakinan harian kita , hal yang perlu dicatat :
- Terdapat pengamatan dasar bahwa masalahnya tidak dapat diperdebatkan dengan meletakkan “kesalahan” pada indera, karena indera tidak pernah salah.
- Untuk mempercayai kebenaran kesaksian pengalaman inderawi beberapa syarat harus dipenuhi.
- Kita perlu mengingat perbedaan antara objek khusus dan objek umum.
b.
Realisme Virtual
Menurut pandangan realisme virtual, dunia diluar
kesadaran hanyalah keadaan yang secara
kualitatif bersifat tandus. Pandangan ini mmpertahankan bahwa meskipun
kualitas-kualitas ini secara formal tidak hadir di luar persepsi, tetapi
secara virtual hadir.
c.
Evaluasi Mengenai
Realisme Virtual
Para realis virtual harus menegaskan apakah
mempertahankan pendapatnya dengan konsisten atau memperlakukan
pendapatnya bukan suatu kesimpulan tetapi sebagai premis yang tak
tereduksi.
Jika realisme virtual konsekuen dengan penalarannya
sangat mungkin dengan akan berakhir dalam posisi yang dipertahankan
Immanuel Kant , adanya pembedaan “noumena” ( kenyataan di dalam dirinya ) dan
“fenomena” ( kenyataan yang ditangkap kesadaran ).
d.
Ringkasan
Kita memusatkan pehatian kita kepada istilah
“objek” yang menjadi pokok masalah. Beberapa hal cukup jelas :
a.
Bagi kesadaran yang memutuskan ,
setiap datum adalah objektif dan lepas.
b.
Untuk kesadaran konseptual , setiap
kualitas berada dimana hal itu dialami sebagai ada.
Beberapa hal yang dapat diselamatkan sebagai
harta epistemology sebagai berikut :
a.
Kesadaran perceptual tidak pernah
bersifat subjektif murni.
b.
Keadaran perceptual tidak pernah
berdiri sendiri, tetapi selalu disatukan ke dalam hubunga menyeluruh dengan
yang lain yang memasukkan unsur-unsur yang melampai persepsi.
c.
Data perseptual selalu berada persis
dimana merek dialami sebagai berada.
d.
Kesadaran persepual menempatkan
kita didalam kontak kemajemukan dari yang lain.
e.
Persoalan Mengenai
Objektivitas
a.
Masalah objektifitas biasanya
dibicarakan dengan mengabaikan kesadaran yang menyatakan objektivitas ini.
b.
Refleksi juga terus mencari makna
dari “objek” yang merupakan pokok didalam diskusi ini, sesuatu yang tidak pernh
jelas.
2.
PENGETAHUAN KONSEPTUAL
a.
Yang Universal
Bebicara mengenai konsep atau “ide-ide universal
“ mempunyai dasar yang berlainan. Arti konsep yang disebut
universal. Arti ini adalah satu di dalam banyak, arti tunggal yang dapat
digandakan.
b.
Nominalisme
Kaum nominalis, menyatakan bahwa ide hanyalah “ flatus
vocis” dan tidak ada yang lebih didalam kesadaran daripada kata-kata dan
pengalaman khusus yang diikat bersama-sama secara verbal tidak dapat
dipertahankan.
c.
Konseptualisme
Menurut konseptualisme ide adalah suatu datum universal
Satu-satunya cara datum universal dapat ada hanyalah bagi pikiran . Di luar
pikiran semua kenyataan bersifat individual.
d.
Arti dan Contoh
Seagai sesuatu yang ditangkap oleh pikiran , eseni itu
bersifat universal , sebagai sesuatu yang ada di benda-benda esnsi itu
bersifat individual. Kalau dipikirkan secara absolute, di dalam dirinya sendiri
yaitu dipikirkan sebagai terlepas dari status real atu mental atau isi
pikiran itu tidk individual dan tidak universal.
e.
Pertimbangan
Pertimbangan memberikan tambahan kognitif kepada
ide.Kekhususan pertimbangan bukan hanya bahwa dia mencapai eksisensi, tetapi
merupakan sarana bagi munculnya eksistensi didalam dirinya sendiri, entah
dicapai atau tidak.
f.
Konsep Sebagai Pemahaman
Kreatif
Pengetahuan kita akan esensi terletak didalam
pengendapan arti didalam pengalaman.esensi tidak dapat dimengerti dengan
definisi.Pengalaman berkembang terus dan ide-ide merupakan alat kreatif yang
dipergunakan pikiran untuk menyesuaikan diri dengan pengalaman tersebut.Melalui
konsep-konsep pikiran menjangka arus pengalaman kemudian menceburkan diri pada
pengalaman.Konsep-konsep ini merupakan cara yang dipergunakan pikiran untuk
memsuki waktu kembali.Manusia berpikir berarti berkomunikasi. Berkmunikasi
berarti menggunakan bahasa. Menggunakan bahasa berarti mengobjektifikasi.
3.
KEBENARAN EKSTENSIAL
a.
Hakikat dari Evidensi
Definisi kebenaran yang secara umum dianggap standar ,
yaitu kesesuaian antara pikiran dan kenyataan. Konsepsi evidensi juga
menyarankan hal ini.
Kenyataan memaksakan diri kita kepada saya dan saya
menyerah terhadap evidensi. Bahasa kita mengenai budi dan evidensi
cenderung menegaskan penggambaran tersebut. Namun pertanyaan tentang kebenaran
juga mengandung pertanyaan mengenai asal evidensi.
b.
Kierkegaard dan
Subjektivisme
Kierkegaard menyatakan bahwa ketepatan konseptual tidak
akan pernah mampu untuk memaksa persetujuan di dalam diri manusia. Manusia
bukan hanya akal tetapi dia adalah akal yang bereksistensi.Eksistensinya
memasukkan baji di antarapikirannya dan ide. Ia mendefinisikan kebenaran
sebagai sesuatu ketidakpastian objektif yang dipertahankan didalam
proses pemberian dari pembatinan yang paling mendalam Beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah :
Pertama, peranan dari subyektivitas bukanlah keadaan
faktual yang merugikan Subyektivitas bersifat essensial. Menghapuskan
subyektivitas berarti menghapuskan inteligiblitas.
Kedua, Inteligibilitas ini dapat diterapkan hanya pada
suatu jenis kebenaran tertentu.
Ketiga, Formula Kebenaran adalah subyektivitas masih
bisa diperluas
c.
Marcel : Masalah dan
Misteri
Masalah adalah suatu objek penyelidikan yang ditangkap
oleh subjek sebagai sesuatu yang di luar dirinya. Di lain pihak misteri adalah
persoalan yang tidak dapat dipisahkan dari subjek sendiri..Terdapat data yang
berdasarkan kodratnya tidak bisa dipisahkan dari subjek.
d.
Transendeni dan Bukti
Bukti merupakan ciri
khas didalam memecahkan problem/masalah tidakdapat digunakan di dalam bidang
misterti dan tidak dapat digunakan sebagai patokan bagi segala penalaran. Tidak
ada argumen bagi eksistensi Allah yang mungkin diberikan. Hanya pengertian asli
dari ada akan memberikan pendekatan kepada bukti.
e.
Kepastian Bebas
Evidensi masuk akal yang termuat di dalam pengalaman
mengenai harapan atau kegembiraan benar-benar ada hanya bagi diri singular.
Tetapi tidak bagi pengamat impersonal.Subjek logico sensoris . Maka evidensi
itu hanya bagi kebebasan .
4.
PENGETAHUAN
INTERSUBJEKTIF
a.
Budi-Budi Lain
Masalah “budi lain” cukup berbeda dari masalah “
diri yang lain “ .Budi secara khusus dimengerti sebagai segi psikis batiniah
dari proses badani.
b.
Pengetahuan Langsung
Akan yang Lain
Max Scheler menyatakan ekspresi merupakan datum utama ,
ekspresi tersebut merupakan pernyataan langsung dari diri yang lain.
Kodrat simpati sebagai suatu contoh tetap dari usaha menangkap pegalaman
yang lain. Apa yang disajikan oleh simpati dan rasa malu ini dapat
diperluas dengan rasa kagum.
c.
Aku dan Engkau
Individu tidaklah pertama-tama mengetahui dirinya
sebagai pengada sadar rasional dan kemudian mencari apakah di balik semua yang
tampak.
Gabriel Marcel dan Martin Buber, menempatkan seluruh
kemampuan diri di dalam pertemuan dengan engkau.Apapun artinya “
aku” selalu unik.Hubungan aku-engkau merupakan jalan menuju kepada yang
transenden.
5.
DARI SAIN SAMPAI
PENGALAMAN ESTETIK
a.
Filsafat Ilmu
Tiga sumber persoalan adalah sebagai berikut :
- Terdapat Prinsip Ketidakpastian Heisenberg yang menegaskan bahwa tidak mungkin untuk menyatakan posisi dan kecepatan sebuah elektron bersama-sama.
- Ada paradoks terkenal berkaitan dengan kodrat cahaya, yang sekarang juga mempunyai status tidak pasti dalam fisika.
- Akhirnya kita dapat mengutip yang memulai seluruh kesulitan yaitu penemuan Max Plank mengenai kenyataan bahwa atom hanya ada di dalam bentuk energi.
b.
Pengalaman Moral Estetik
Pertanyaan pokok adalah apakah filsafat seni dan etika
mempunyai sesuatu untuk dipertahankan? Apakah pembicaraan mereka mempunyai
nilai kognisional?
Nilai-nilai moral dan estetik dinyatakan hanya kepada
orang yang mengalami urgensinya. Menurut Martin Heidegger pengalaman
puitis merupakan pernyataan dari trans –fenomenal dari Dasein.
BAB
II
ANALISIS
PERNYATAAN
A.
Pendahuluan
Sebelum penulis menganalisis pernyataan
atau ungkapan “ Aku Tahu Karna Aku Tahu”, maka menurut hemat penulis ada
baiknya penulis menjelaskan hal-hal
pemahaman penulis tentang pengetahuan.
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui
langsung dari pengalaman, berdasarkan pancaindra, dan diolah oleh akal budi
secara spontan. Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan
intuitif. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara
pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek.
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi
pengetahuan non-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah
adalah hasil serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak
perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya. Pengetahuan non-ilmiah tidak dapat
dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tertentu
tentang jin atau makhluk halus di tempat tertentu, keampuhan pusaka, dan
lain-lain. Pengetahuan prailmiah adalah hasil serapan indra dan pemikiran
rasional yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut menggunakan metode-metode
ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tentang manfaat rebusan daun jambu biji
untuk mengurangi gejala diare.
Ilmu dipahami sebagai proses penyelidikan
yang berdisiplin. Ilmu bertujuan untuk meramalkan dan memahami gejala-gejala
alam. Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan
yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan
koheren. Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah
(menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis,
sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan
kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
B.
Analisis “aku tahu bahwa aku tahu”
Kalaulah boleh penulis mengembangkan kata ini maka penulis mengubahnya
dengan kata “aku tahu karna aku ingin tahu”. Ingint tahu adalah anugrah yang
diberikan allah SWT kepada manusia rasa keingintahuan manusia dipupuk oleh rasa
penasaran terhadap sesuatu sehingga sebelum menncari tahu manusia tersebut
sudah ada pertanya didalam hatinya. Dan pertanyaan inilah jalan materi sebagai
dasar system jawaban yang dinginkan oleh manusia.
Berangkat dari ungkapan “Aku Tahu bahwa Aku Tahu” jika dikaitkan
dengan analisis filsafat menurut penulis manusia ini adalah tipologi jiwa perjuangan didalam
kehidupannya. Karna menurut penulis orang yang tahu adalah orang yang sadar,
orang yang paham akan keadaannya, orang yang tahu membaca bahasa jiwanya. Kalu
ia tahu atau sadar ia bodoh dia harus tahu melakukan melakukan sesuatu agar ia pintar. Kalau ia tahu atau sadar akan
kemiskinannya maka ia harus tahu bagaimana mengatur keuangannya agar tidak
boros, kata lainya nya menurut penulis orang yang tahu karna ia tahu adalah
orang yang pandai membaca situasi dan kondisi jiwanya dalam hal apapun.
Ungkapan “Aku tahu
bahwa Aku Tahu” adalah kesadaran tertinggi dalam jiwa manusia, dan hal ini
sudah jelas juga berkaitan dengan psikolog manusia. Untuk itu tentunya
seseorang manusia tidak akan cepat langsung meloncat ketingkatan “aku tahu bahwa aku tahu”. Dalam arti kata lain, bahwa untuk meloncat
dalam tingkat kesadaran penuh manusia tanpa sadar hilang timbul dalam ungkapan
kata :
“ Aku tidak tahu bahwa
aku tidak tahu”
“aku Tahu Bahwa aaku
tidak Tahu”
“aku tidak Tahu bawa
aku tahu”
Dari 3 pernyataan
diatas adalah proses manusia namun kalau mereka tidak selamanya tahu kalau
mereka tahu maka mereka akan tetap berada diposisi salah satu pernyataan diatas
bahkan sampai hari tuapun yang dikenal sudah sangat matang dan dewasapun masih
berada ditingkat bahwa yaitu “aku tidak tahu karna aku tidak tahu”. Jika
dikaitkan kembali dengan filsafat tentu kita sebelum mimilih jalah harus berpikir , mau dibawa kemana arah dan
tujuan hidup. Dan jika sudah terpikir arah tujuan hidup maka manusia bisa
berpikir dewasa misi kehidupannya yaitu aku tahu bahwa aku tahu.
BAB
III
WAWANCARA
Wawancara adalah salah satu cara untuk data langsung akibat dari
permasalahan-permasalah yang kala timbul ditengah kehidupan masyarakat. Dalam
hal ini sesuai petunjuk lembaran tugas filsafat Ilmu dari dosen pengampu, maka penulis akan mencari data melalui
wawancara sesuai intruksi dari lembaran tersebut.
Lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikanya itulah pribahasa
yang sering diucapkan, begitu juga dengan cara seseorang mendidik anaknya. Dan
sudah dapat dipastikan bahwa setiap orang tua dalam mendidik anaknya itu
berbeda-beda begitupun dengan karakter setiap orang.
A.
Wawancara
Dengan Guru Agama SDN 290 Kab. Bungo
Ibu Nailil Husni S.Pd.I adalah salah satu guru agama di Sekolah
Menengah Kejurua (SMK) pada yayasan setih setio Kab. Bungo tepatnya di Provinsi Jambi. yang kebetulan
beliau adalaha kakak kandung pertama penulis. Sehingga sangat memungkinkan
penulis dengan mudah untuk mendapatkan data tanpa harus berkenalan terlebih
dahulu.
Ibu Nailil menjelasakan :
Mendidik berarti guru itu harus menjadi pendidik, karna tidak semua
guru itu dikatakan pendidik, pendidik adalah orang yang terdididik jika gurunya
tidak terdidik bagaimana mau mendidik. (24 Desember 2011).
Banyak manusia yang ingin berprofesi menjadi guru tetapi tidak memahami
tugas-tugas guru,i sehingga tugas utama mendidik siswa tidak sebagaimana yang
diaharapkan. Sebelumnya ini adalah kritikan saya terhadap pola pemikiran guru
di kab. Bungo ini.
Jika berberbicara saudara menanyakan bagaimana mendidik siswa
terhadap mata pelajaran yang saya ajarkan, tentunya pembicaraan ini focus
terhadap metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Menurut saya, pendidikan
PAI di SMK ini materinya masih terlalu rendah kurikulumnya jika dibandingkan
dengan Madrasah Aliyah. Oleh sebab itu, dari segi keilmuan saya meniadakan
metode diskusi mengingat rendahnya pengetahuan anak terhadap pendidikan agama
islam.
Saya selalu menggunakan metode ceramah jika mengajar siswa disini,
namun yang menjadi andalan dari metode ini karna saya memasukkan Tanya jawab
atau evaluasi langsung ketikan diawal pembelajaran, ditengah pembelajaran
maupun diakhir pembelajaran. Karna menurut saya adalah salah satu strategi agar
anak focus. Namun itu hanya sekedar agak siswa focus.
Focus belum berarti siswa merasa tertarik, tentunya saya semaksimal
mungkin menggunakan media yang menarik perhatian mereka contoh ketika saya
mengajarkan cara berwudhu, saya menggunakan slide bergerak cara berwudhu. Dan
jika memungkinkan ada hal-hal yang harus dipraktekkan kenapa tidak, saya akan
menyuruh mereka langsung mempraktekkan ditempat wudhu yang disediakan oleh
mushalla sekolah ini.
menurut saya pendidikan
karakter dewasa adalah pendidikan mempunyai cirri khusus tentang hal-hal yang
lumrah dilakukan leh orang dewasa. Misalnya contoh dari segi agama, kalau anak
sudah baligh maka maka dia sudah dibabani untuk sholat.
B.
Wawancara
dengan orang berkeluarga yang telah mempunyai anak
Bapak M.Roni adalahlah suami
dari Siti Awaliyah yang menikah pada tahun 1991, yang mempunya 3 anak dan semua
putra, anak pertama bernama ilham (16 tahun), yang kedua bernama Ridoka (13
Tahun) dan yang ketiga bernama Insanul
kamil (11 tahun). Keluarga ini bertempa tinggal di jalan dammar lorong klemang
RT.27/08 Kab. Bungo tepatnya di provinsi Jambi. Bapk roni sendiri bekerja
sebagai tukang bengkel disalah satu deretan jalan pasar Muara Bungo sedangkan
istrinya hanya seorang ibu rumah tangga.
Ditengah umur beliau yang cukup tua ini, beliau mengungkapkan :
Menjalani kehidupan yang baik itu dijaman sekarang sangat susah,
ada dimata tuhan baik tapi dimata allah tidak. Dimata allah baik dimata manusia
tidak. Yah.., kalau saya inginnya dimata
allah baik dimata manusia baik, tapi saya tidak memumgkiri hal itu masih jauh
dari kehidupan saya, apalagi dalam hal ekonomi keluarga kami yang selalu
terbelit.
Jika diwaktu saya muda keamanan diindonesia sangat terjamin, karna masih
ojamannya pak harto, jadi jika yang ada ssesuatu yang ganjil maka akan segera
dibrantas habis-habisan dan pada waktu itu harga barang-barang sangat murah
kalu dibandingkan sekarang. Jadi menurut saya jamannya pak harto itu adalah
penunjang jalan agar berkehidupan baik. Dahulu kalau perampok, pencopet,
pengemis ada tapi kurang, sekarang jaman reformasi dan demokrasi begitulah
istilahnya, tapi jauh dari harapan saya.
Ketika saya belum berkeluarga, tidak ada pemuda yang pakai tato,
telinga bertindik, anak punk, sekarang pemuda banyak yang rusak. Hal jaman
sekarang ini mengkhawatirkan saya terhadap kondi kejiwaan anak saya, takut
kalau mereka mengikuti lingkungan itu. Makanya saya sering mengajak mereka
membantu saya di bengkel. Agar kerja mereka terpantau oleh saya.
Kalau ketika berkeluaga terutama setelah anak saya tumbuh dewasa
saya harus membuat diri saya betul-betul seorang ayah yang teladan. Agar apa
yng saya perintah untuk kebaikan mereka , mereka bisa pahami dan laksanakan.
Selama ini saya tidak mendapatlkan kendala dalam mendidik anak. Cuma yang agak
susah dan terganggu itu ketika dia masih bayi sampai umur 5 tahun, mereka belum
bisa tahu apa-apa.
Saya kurang memahami pendidikan karakter dewasa karna pertanyaan
ini sebaiknya diajukan kepada seorang guru, tapi kalau menurut saya pendidikan
karakter dewasa adalah mendidik anak anak agar tumbuh dan berpikir dewasa.
C.
Analisis
Menurut saya,
guru agama (kenalan pertama) tersebut sudah memiliki misi mendidik yang baik,
tampak dari apersepsinya sebelum menjelaskan cara mendidik siswa, kritikan in
bukan hanya kritikan pedas untuk guru yang ada di kab. Bungo tapi juga untuk
guru di seluruh Indonesia karna dunia pendidikan banyak siswa dan mahasiswa
tidak puas dengan penjelasan guru yang setengah tahu. Sehingga jika di analisis
guru ini termasuk kata ungkapan dia tahu tapi dia tidak tahu.
Namun guru ini
hanya mengenal 2 metode didalam cara mendidik agama islam terhadap siswanya,
mengakibatkan miskin metode, padahal didalam keilmuan PAI, metode pembelajaran
PAI berjumlah 17 macam. Sehingga penulis menarik kesimpulan bahwa guru agama
tersebut aktif namun belum belum inovatif dan mencari tahu variasi dalam
pembelajaran PAI.
Dan yang kedua
adalah tukang bengkel, dari apersepsi perkataan beliau ada sebuah unsur ingin
membandingkan sekaligus mengkritisi perekonomian sekarang, hal ini mungkin
tidak termasuk kepermasalahan wawancara tersebut, namun penulis menyadari bahwa
seorang tungkang bengkel yang mempunyai kehidupan pas-pasan dan ditambah dengan
latar belakang sekolahnya yang sampai sebatas SMK, sudah barang tentu ucapannya
sedikit ngawur.
Namun menurut
pengamatan penulis bapak ini tergolong orang yang pekerja keras senantiasa
menjadi contoh dengan untuk keluarganya apa yang diungkapkanya terhapa penulis
itu adalah fakta dilapangan, contoh beliau senantiasa mengajak anaknya sholat
berjama’ah ke masjid.
Daftar Pustaka
P.
Hardono Hadi. 1994. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan, Kansius : Yoyakarta).
Sonny Keraf, A. dan Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan: Sebuah
Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Saran Anda