Live

M A B R U R I-B L O G : S e l a m a t. D a t a n g. D i r u m a h. K e c i l. K a m i. S e m o g a. B l o g. I n i. B a r o k a h. U n t u k. P a r a. P e m b a c a. S e m u a n y a.

Kamis, 15 Desember 2016

K. H. Abdul Qodir : Pemikirannya pada Pendidikan Islam di Jambi

Pesantren Asad


BAB I
PENDAHULUAN


A.  Prolog
Ajaran Islam telah berkembang seiring dengan tumbuh dan berkembangnya pendidikan agama Islam. Pertumbuhan ajaran Islam bermula dari system keyakinan yang sederhana berkenaan dengan pengesaan Tuhan kemudian berkembang menjadi ajaran yang kompleks yang mengatur setiap aspek kehidupan manusia mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Aspek-aspek kehidupan itu meliputi aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, dan sebagainya. Tidak hanya itu, Islam juga telah menjadi peradaban global. Islam tidak hanya menjadi agama orang arang Arab tetapi telah menjadi agama tiap suku bangsa di dunia. Semuanya berkembang melalui pendidikan Islam.
Islam juga telah menjadi agama orang Melayu, termasuk di dalamnya Melayu Jambi sehingga sulit untuk dipisahkan antata Islam dan Melayu. Melayu adalah Islam sesuai dengan ungkapan dasar adat Melayu “Adat bersandi sara’, sara’ bersendi kitabullah”. Islam telah menjadi way of life masyarakat Melayu yang diturunkan terus menerus dari generasi ke generasi. Dapat dipastikan penurunan tradisi ini dilakukan melalui pendidikan. Jadi perkembangan agama Islam di Jambi juga tidak bisa lepas dari pertumbuhan pendidikan Islam.
Gambaran pendidikan Islam di Jambi pada abad ke-20 terkesan belum mampu mewujudkan persahabatan antara pendidikan Agama islam dan pendidikan umum. karna pada saat itu, semua lembaga pendidikan agama islam belum ada mengayomi mata pelajaran umum. Hal ini tentu menjadi krisis dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam yang kaffah yang tidak memisahkan antara pendidikan agama dengan pendidikan umum. Hal tersebut mengindikasikan pendidikan agama Islam di madrasah dan pesantren belum optimal terutama dalam menghantarkan pemahaman agama yang benar dan pemahaman pentingnya menuntut ilmu umum.
Jika dilihat perkembangan dan innovasi pendidikan Islam di Jambi yang sekarang tidak lepas dari peran dari para tokoh pendidikan islam di Jambi. Innovasi yang dilakukan pendidikan Islam di jambi merupakan aksi pemikiran dari para tokoh pendidikan islam yang ingin merubah lembaga pendidikan islam menjadi modern, dan dengan para tokoh pendikan islam secara bertahap telah membuka diri untuk mengembangkan ilmu umum sebagai pelengkap ilmu agama. Dalam tulisan ini penulis mencoba membahas peran dan pemikiran innovasi yang dilakukan oleh salah satu tokoh pendidikan Islam di Jambi, beliau adalah K.H. Abdul Qodir.
Dalam pembahasan ini, penulis memaparkan data berdasarkan apa yang penulis dapat dari berbagai sumber data melalui wawancara dan dokumentasi, diantaranya :
1.    Wawancara dengan Ust. M. Qodri Beliau seorang Guru di Pondok Pesantren As’ad dan dosen tetap pada IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Sekarang beliau melanjutkan studi S3 di UIN Maliki Malang.
2.    Wawancara dengan M. Ayub ialah seorang Alumni Pondok Pesantren As’ad Th. 2014.
3.    Dokumentasi melalui situs website Pondok Pesantren As’ad Th. 2014 dan situs-situs yang berkaitan dengan tema diatas.
4.    Dokumentasi berupa skripsi dan jurnal yang berkaitan dengan tema diatas.

B.  Rumusan Masalah
Sebagai pijakan dalam pembahasan ini, maka penulis  menjabarkan pokok-pokok rumusan masalah sebagai berikut :
1-   Apa Profil K.H. Abdul Qodir ?
2-   Bagaimana Pemikiran K.H. Abdul Qodir pada pendidikan islam di Jambi?

C.  Tujuan Pembahasan
Dengan pokok-pokok rumusan masalah diatas, maka dapat diketahui bahwa tujuan pembahasan ini adalah :
1-   Mengetahui Profil K.H. Abdul Qodir
2-   Mengetahui Pemikiran K.H. Abdul Qodir pada pendidikan islam di Jambi


BAB II
PEMBAHASAN


A.  Profil K.H. Abdul Qodir
K.H. Abdul Qadir lahir (disingkat Guru Qodir) di Kampung Tengah Jambi pada tanggal 18 Shafar 1332 H atau 1914 M, beliau la terlahir sabagai anak seorang ulama terkenal di Jambi bernama Guru H. Ibrahim bin Syekh Abdul Majid al-Jambi bin K.H. M Yusuf bin’Abid bin Jantan Bergelar Sri Penghulu, seorang tokoh pendiri madrasah Nurul Iman Seberang Kota Jambi (sekoja) dan pendiri oraganisasi Tsamaratul Insan (w. 1923). K.H. Abdul Qadir  wafat pada waktu shubuh Jum’at 10 Juli 1970 di Jakarta. Nama lengkapnya adalah Abdul Qadir Jaelani yang diberikan ayahnya untuk mengenang kakeknya yang meninggal dalam perjalanan pulang berziarah dari makam Syekh Abdul Qadir Jaelani. Pendidikan formal terakhir  beliau adalah madrasah Nurul Iman. Pengetahuannya banyak diperoleh dengan belajar sendiri dan membaca kitab. Selain itu Ia banyak bertanya dan berdiskusi dengan para ulama-ulama yang datang berkunjung ke Jambi, di antaranya adalah Syekh Hasan al-Yamany (Mufti Mekkah) guna memperdalam ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh pada tahun 1939, Syekh Ali Maliky (Mufti Mekkah) 1939 dan Syekh ‘Arif  At-Tabulisy (Hakim Tentara Turki) guna memperdalam ilmu Falak pada tahun 1936.
Mulai pada usia 13 tahun, ia dipercayakan untuk menjadi tenaga pengajar bantu di Pondok Pesantren Nurul Iman. Dalam tahun 1944 sampai tahun 1948 karirnya menanjak, sehingga dipercayakan menjadi Mudir Madrasah Nurul Iman diusia yang masih muda, sekitar 32 tahun.
Selain jabatan tersebut di atas, Ativitas Abdul Qadir yang lain ialah sebagai pelopor pendirian Nahdatul Ulama (NU) di wilayah Jambi pada tahun 1950-an. Sekarang ini, Pondok Pesantren As’ad merupakan pusat penting pengembangan warga Nahdiyin di Jambi dan sebagai pusat Pimpinan Wilayah NU Propinsi Jambi. Ia juga  pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia Propinsi Jambi dari tahun 1957 sampai tahun 1970 Yang sebelumnya tahun 1955-1956 menjabat sebagai Ketua "Majelis Ulama Sumatera Tengah Tahun 1962-1968, pernah juga menjabat sebagai Ketua Mahkamah Syari'ah Jambi (sekarang disebut Pengadilan Tingga Agama).
Disamping itu beliau adalah pendiri podok pesantren As’ad pada tahun 1951, Pondok inilah yang menjadi Pondok Pesantren Modern pertama di Provinsi Jambi. Selain itu dia juga mengusahakan dan mempelopori berdirinya IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan sekaligus menjabat sebagai Dekan pertama pada Fakultas Ushuluddin tahun 1965 sampai akhir hayatnya. Karena belum memiliki gedung sendiri, maka Pondok Pesantren  As’ad dijadikan sebagai tempat kuliah sementara sampai 1966.
Guru Qadir termasuk orang yang produktif dalam menulis antara lain buku teks tentang Tauhid dan Nahwu. Namun karena kurangnya perhatian para murid dan keluarga terhadap karya-karya beliau sehingga hanya dua kitab saja yang masih dapat diketahui yaitu:
1.      Karyanya dalam ilmu Tauhid adalah kitab "Mughni al-Awam", merupakan. kitab teks yang dipelajari di Madrasah As'ad sampai sekarang. Kitab ini berupa kitab elementer bagi pemula atau. anak-anak dalam mempelajari Tauhid yang ditulisnya pada Jumadil al-Awwal 1369 H. Tulisan ini berisikan tentang Rukun Islam, Rukun Iman, pengetahuan tentang silsilah Nabi Muhammad SAW, dan tentang akidah lima puluh. Kitab ini tersusun dengan berbentuk syair-yair dalam bahasa Melayu yang singkat sehingga mudah dihafal oleh anak-anak.
2.      Kitab berikutnya yang disusun bersamaan dengan kitab sebelumnya adalah "Riadh al-Shibyan". Sebuah kitab kecil yang terdiri dari beberapa bait syair dalam bahasa Melayu. Tulisan ini berisikan kaidah-kaidah Nahwu dalam kitab Matan al-Ajrumiyyah. Kitab ini agak singkat sehingga mudah di hafal oleh anak-anak dan menjadi kitab teks di Madrasah As'ad.
Pada masa Agresi Belanda II terjadi, banyak tentara kita yang gugur dalam perang karena kekurangan alat persenjataan dan makanan. Suatu ketika, ada tentara Indonesia yang datang kerumah beliau dan diberi nasehat juga do’a. Untuk menambah semangat para pejuang, beliau mengarang lagu “Al Huriyyah” yang artinya “kemerdekaan”. Sejarah perjuangan beliau dapat dilihat di Korem Garuda Putih Jambi

B.       Pemikiran K.H. Abdul Qodir pada Pendidikan Islam di Jambi
Pondok Pesantren dan Madrasah merupakan salah satu komponen penyelenggara pendidikan di Jambi telah mengalami banyak perkembangan, marilah kita simak kebelakang pada tahun 1915 (91 tahun silam) dimana sarana pendidikan Islam (Madrasah) banyak yang tumbuh dan berkembang dengan jumlah yang cukup banyak, namun patut disayangkan jika sa’at ini madrasah-madrasah tersebut banyak yang tidak aktif lagi.
Ada banyak faktor penyebabnya antara lain karena Pondok Pesantren dan madrasah tesebut masih bersistem sangat sederhana dan tanpa memasukkan mata pelajaran umum sebagai salah satu bidang studinya, padahal hal-hal diatas merupakan salah satu tuntutan zaman dalam dunia pendidikan. Faktor lainnya adalah mungkin karena kekonsistenan Pendiri/Pengurus Madrasah terhadap kurikulum pendidikannya yang mengkhususkan pada pendidikan keislaman sehingga madrasah tersebut kurang diminati seiring dengan perkembangan zaman. Hal demikian terus berlangsung hingga awal era kemerdekaan. Hal tersebut diatas tentunya merupakan sebagian dari faktor penyebab lambannya perkembangan madrasah. Ada banyak hal lain yang tentunya berperan terhadap hal tersebut diatas baik faktor intern madrasah maupun faktor ekstern.
Ketika sebagai mudir Madrasah Nurul Iman, Abdul Qadir banyak memberikan pemahaman baru tentang Islam, Salah satu diantaranya ialah :
1.      K. H. Abdul Qadir memperkenalkan pelajaran umum di madrasah Nurul Iman. Disaat itu Pondok Pesantren dan Madrasah tidak memiliki pelajaran umum, karna ulama ingin memfokuskan santri agar paham betul akan ajaran agama islam. Namun Guru Qadir hadir dengan berfikiran maju dikala itu mengemukakan bahwa apabila dunia pendidikan Islam terus dibiarkan tanpa adanya pembaharuan dan perbaikan sistem pendidikan, maka dunia pendidikan Islam khususnya di Jambi akan menghadapi masa yang suram, nyatanya hal tersebut memang terbukti dimana pada sa’at ini banyak madrasah dan pondok pesantren yang tidak atau kurang berfungsi lagi.
2.      K. H. Abdul Qadir membolehkan perempuan untuk sekolah. Dalam masalah pendidikan ini,  Guru Qadir tercatat bahwa Ia memperjuangkan pendidikan bagi kaum wanita di Jambi dengan membuka Madrasah Tsanawiyah Putri di Madrasah As'ad pada tahun 1960. Karena dia menerapkan hadits menuntut ilmu itu wajib bagi kaum laki-laki dan perempuan dan ini pun mendapat tantangan tetapi akhirnya dapat diterima oleh masyarakat jambi. Sebelumnya kaum wanita di Jambi dilarang untuk mengenyam pendidikan, karna ulama’ dan mayoritas masyarakat masih berfikiran bahwa wanita hanya bertugas mendidik anak dan memasak didapur (setinggi-tingginya wanita belajar akan juga kembali kedapur).
Gagasan Abdul Qadir ini ditentang keras dari guru-guru lain, sehingga ia keluar dari Nurul Iman. Abdul Qadir kemudian mendirikan pengajian sendiri, di sebuah tempat benama “Langgar Putih” pada tahun 1948. Berawal dari Langgar Putih ini, Abdul Qadir kemudian mendirikan Pondok Pesantren As’ad pada 1951, yang berlokasi di kelurahan Olak Kemang Jambi. Adapun salah satu tujuannya untuk membantu pemerintah dalam mengadakan sarana pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, baik dibidang ilmu pengetahuan Islam maupun ilmu pengetahuan umum. Pondok Pesantren As’ad dikenal sebagai madrasah khalaf (modern) yang pertama karena memadukan sistem pendidikan pesantren dan kurikulum nasional. Innovasi pendidikan Islam di Jambi yang sekarang tidak lepas dari peran dari K.H. Abdul Qodir, karna beliaulah yang pertama kali mempelopori lembaga pendidikan islam menjadi modern, sehingga beliau dikenal dengan “Pembaharu Islam di Jambi Abad ke-20”.
Sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia Propinsi Jambi Tahun 1960-an, untuk  bidang seni dan budaya la memfatwakan dibutuhkannya pengantin wanita dan pria untuk memakai pakaian adat yang sebelumnya hanya dibolehkan memakai pakaian khas. Sesuai dengan slogan Adat Melayu “Adat bersandi sara’, sara’ bersendi kitabullah”, maka pengantin wanita dan pria untuk memakai pakaian adat jambi sesuai syariah dan nilai-nilai islam (Pakaian Sopan dan menutup Aurat).

BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
1.    K.H. Abdul Qadir lahir (disingkat Guru Qodir) di Kampung Tengah Jambi pada tanggal 18 Shafar 1332 H atau 1914 M, beliau la terlahir sabagai anak seorang ulama terkenal di Jambi bernama Guru H. Ibrahim bin Syekh Abdul Majid al-Jambi bin K.H. M Yusuf bin’Abid bin Jantan Bergelar Sri Penghulu, seorang tokoh pendiri madrasah Nurul Iman Seberang Kota Jambi (sekoja) dan pendiri oraganisasi Tsamaratul Insan (w. 1923).
2.    Abdul Qadir banyak memberikan pemahaman baru tentang Islam, Salah satu diantaranya ialah :
a.       K. H. Abdul Qadir memperkenalkan pelajaran umum di madrasah Nurul Iman. Disaat itu Pondok Pesantren dan Madrasah tidak memiliki pelajaran umum, karna ulama ingin memfokuskan santri agar paham betul akan ajaran agama islam. Namun Guru Qadir hadir dengan berfikiran maju dikala itu mengemukakan bahwa apabila dunia pendidikan Islam terus dibiarkan tanpa adanya pembaharuan dan perbaikan sistem pendidikan, maka dunia pendidikan Islam khususnya di Jambi akan menghadapi masa yang suram, nyatanya hal tersebut memang terbukti dimana pada sa’at ini banyak madrasah dan pondok pesantren yang tidak atau kurang berfungsi lagi.
b.      K. H. Abdul Qadir membolehkan perempuan untuk sekolah. Dalam masalah pendidikan ini,  Guru Qadir tercatat bahwa Ia memperjuangkan pendidikan bagi kaum wanita di Jambi dengan membuka Madrasah Tsanawiyah Putri di Madrasah As'ad pada tahun 1960. Karena dia menerapkan hadits menuntut ilmu itu wajib bagi kaum laki-laki dan perempuan dan ini pun mendapat tantangan tetapi akhirnya dapat diterima oleh masyarakat jambi. Sebelumnya kaum wanita di Jambi dilarang untuk mengenyam pendidikan, karna ulama’ dan mayoritas masyarakat masih berfikiran bahwa wanita hanya bertugas mendidik anak dan memasak didapur (setinggi-tingginya wanita belajar akan juga kembali kedapur).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Saran Anda